Pagi itu , Jimin mengerjapkan matanya pelan saat sinar matahari berhasil melewati celah gorden . Tubuhnya terasa begitu hangat dalam dekapan seseorang dengan bau parfum favoritnya , Kim seokjin .
Jimin tersenyum saat ia mendongak dan mendapati sang kakak masih terlelap dengan memeluk dirinya . Ada rasa belum percaya pada hati anak dengan mata sipit itu .
" Hyungg.. " panggil Jimin pelan " ugh... "
Pandangan Jimin tiba-tiba berbayang , ada denyutan tak nyaman menghampiri dirinya . Jimin meringis kecil saat denyutan itu kian semakin terasa hingga ia kembali merasa mual.
"Ugh-... " Sekuat tenaga gejolak itu ia tahan agar tak membangunkan sang kakak .
Jimin perlahan memindahkan lengan sang kakak , lalu segera berlari pelan ke kamar mandi .
Seokjin , pemuda dengan bahu lebar itu membuka matanya . Sebenarnya ia sudah bangun jauh sebelum Jimin membuka mata . Ia perhatikan wajah imut anak SMA yang terlihat seperti anak SMP itu.
Kini wajah itu menjadi favorit Kim seokjin .
Seokjin memutuskan untuk mengikuti langkah sang adik menuju kamar mandi . disana , dilantai dingin kamar mandi , seokjin melihat sang adik yang duduk bersimpuh di depan closet .
"Uhhukk ... Hoek... " Anak itu terlihat kepayahan , hingga tatap lelah Jimin bertemu dengan tatap penuh tanya Milik seokjin .
"H-hyungghh... " Lirih Jimin yang dibalas anggukan oleh seokjin
"Sudah selesai memakai closetnya ? Lama sekali ..." Jimin tersenyum tipis lalu segera bergerak pelan untuk keluar dari ruangan itu .
Sedangkan seokjin , segera memasuki kamar mandi dan menutup pintu sedikit keras .
"Adduh , aku lupa meminum obat semalam ..." Lirih Jimin yang menyadari tindakan nya semalam.
" Sakitnya nanti lagi dong , masih ada seokjin Hyung nih ... "
Jimin berjalan merambat pada tembok untuk mencoba segera keluar dari kamar sang kakak , namun tanpa ia sadari darah mengalir dari hidung bangirnya dan menetes hingga lantai yang Jimin injak .Hingga detik berikutnya, kaki Jimin melemah
*Grepp*
Seokjin menangkap tubuh sang Adik yang limbung di dekat pintu kamarnya , dengan darah yang masih mengalir dari hidungnya. Anak itu mengerjap pelan menatap sang kakak yang terlihat khawatir
"Ugh- ... Hyungh.."
Seokjin dilanda kepanikan saat mata sipit sang adik menutup di dekapannya , hingga pintu di depannya terbuka. Hana memasuki kamar putera pertamanya dengan tersenyum manis . Sebelum akhirnya menemukan seokjin yang sedang memeluk sang Adik
" Jiminie .. "
" I-ibu... "
" Jihoon ... Jihoon... " Teriak Hana saat melihat seokjin yang hanya terduduk sambil memeluk sang Adik .
Jihoon sampai di kamar seokjin dan segera mengangkat tubuh putera keduanya.
" A-ayah .. disana .. di- di sana saja... " Seokjin menunjuk ranjang kamarnya , jihoon mengangguk dan membaringkan tubuh Jimin di sana .
" Aku akan menghubungi dr Lee , Hana .. " Hana mengangguk dan kembali fokus pada Jimin .
Sedangkan seokjin , kini tengah berdiri di belakang sang ibu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
*****
Dr Lee keluar dari kamar dan menemui anggota keluarga yang menunggu di depan kamar tidur , dokter itu menghela nafas pelan lalu tersenyum pada seluruh anggota rumah ini .
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST DAY
Fiksi Penggemarketika aku membuka mata di pagi hari bisakah aku melihat senyum mu yang tak pernah ku dapatkan sejak dulu ? maafkan aku Hyung -park Jimin ketika aku melihatmu , sesungguhnya saat itu pula aku mengingat semua yang telah berlalu dimana kau dan ibumu...