Seokjin menatap sendu gadis yang ia cintai , gadis yang menjadi tambatan hatinya sejak ia kuliah di semester terakhir itu kini tengah menunduk dengan air mata .
Setengah jam lalu , gadis itu tersenyum saat datang menemuinya disebuah cafe dekat rumahnya . Irene menatap sang kekasih dengan tatap lembut yang menjadi favorit seokjin .
" seokjin , tolong jangan seperti ini . Jika aku bersalah tolong katakan lah dimana letak kesalahanku .. "
" Tidak irene , kau tidak bersalah... hanya saja ... aku ingin fokus pada penyembuhan jimin ... "
" aku akan menemanimu , aku dokter spesialis dalam bukan . Aku akan membantumu ... " seokjin menggeleng lalu mengusap pipi merah sang gadis
" Tidak irene ... ini yang terbaik , maafkan aku ... "
" seokjin .. aku mohon .. " seokjin mencoba melepas genggaman gadis di belakangnya dan mulai melangkah meninggalkan irene yang terisak jauh di depannya.
" Apa dirimu memiliki gadis lain ? " seokjin berhenti , lalu menoleh kearah irene dengan linangan air mata yang ia tahan sejak tadi
Seokjin menggeleng lalu kembali melanjutkan langkah kakinya untuk meninggalkan irene yang tengah menangis di bawah rembulan malam ini .
****
Seokjin menatap kosong kolam renang di belakang rumahnya . hatinya tengah gundah, sakit, sedih setelah ia memutuskan untuk menyudahi hubungan yang ia jalin selama satu tahun belakangan ini .
Ia memilih segera pulang saat sang ayah menghubunginya jika jimin memaksa pulang malam ini juga , padahal seingat seokjin , anak itu masih harus melakukan beberapa serangkaian pemeriksaan lanjutan.
Pemuda dengan bahu lebar itu kembali menghela nafas kasar , ia kembali teringat dengan malam dimana dirinya mengetahui pria tua itu merupakan ayah dari kekasihnya saat ia mengantar irene pulang . Seokjin ingat betul tatap mata yang terlihat teduh menatap pada gadis nya itu adalah mata yang sama dengan mata yang menatap tajam pada sang adik yang tertolak kemejanya karena ulah anak buahnya .
" Kenapa harus ada sebuah kebetulan yang begitu menyakitkan ini tuhan .... " seokjin menatap langit yang nampak gelap tiada bintang itu .
" hyung ... " suara lembut itu yang sudah lama tak ia dengar di rumah ini itupun berhasil membuat seokjin menoleh cepat lalu tersenyum tipis
" Kenapa malam-malam keluar hm ? Kau baru pulang dari rumah sakit . Aku tidak mau ayah dan ibu menggantungku di pintu jika kau demam yaa ... " jimin tersenyum manis sekali lalu duduk disamping seokjin yang masih menatap nya.
" ayah ibu tidak akan marah kalau hyung bersamaku ... "
" begitukah? Woahh ... ayah ibu sangat pilih kasih" jawab seokjin sekenanya lalu kembali fokus pada langit hitam diatas sana
" sedang bertengkar dengan irene nunna , hyung ?" Seokjin menoleh sebentar lalu kembali fokus pada kegiatannya sebelumnya .
" Tidak... "
" hyung tampak tak bersemangat sejak aku pulang dari rumah sakit ? Hyung tidak nyaman yaa aku kembali ke sini?"
" kau ini bicara apa hah ? Biarpun aku muak melihatmu , aku tetap mau kau dirumah ini... " jimkn tersenyum getir lalu menatap kaki nya yang menggantung
" hyung ... jika hyung masih terganggu dengan ku . Aku akan kembali pada bunda ... " ucap jimin lirih yang membuat seokjin menoleh cepat .
" kau itu bicara apa sih ? Aku sedang tidak ingin membahas dirimu jiminah .." seokjin melirik tajam pada sang adik yang tengah menunduk lalu menghembuskan nafasnya kasar.
![](https://img.wattpad.com/cover/346590352-288-k584987.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST DAY
Fanficketika aku membuka mata di pagi hari bisakah aku melihat senyum mu yang tak pernah ku dapatkan sejak dulu ? maafkan aku Hyung -park Jimin ketika aku melihatmu , sesungguhnya saat itu pula aku mengingat semua yang telah berlalu dimana kau dan ibumu...