THE LAST DAY (13)

383 35 47
                                    

Suara roda yang berputar di lorong rumah sakit itu membuat hati siapapun yang mendengarnya berdesir miris . Bangkar rumah sakit yang barusaja menerima seorang pasien dari mobil ambulance di depan sana nampak berjalan cepat bersama dua perawat laki-laki dan satu perawat perempuan yang mendorongnya .

Di belakang sana , beberapa orang mengikuti bangkar itu dengan penampilan tak karuan . Terlebih pemuda tinggi yang berlari paling depan .

Kim seokjin , masih terus berlari dengan air mata yang meleleh sejak kejadian beberapa waktu lalu dimana ia mendapati sang adik tak sadarkan diri di pelukannya .

Seokjin , masih ingat betul bagaimana tatap sayu sepasang mata sabit itu tengah menatapnya dengan senyum tipis di bibirnya .

Seokjin masih merindukan senyum manis itu,  namun beberapa detik setelah nya senyuman itu justru tergantikan dengan ringisan kecil yang terdengar menyakitkan di indera pendengarannya .

Jihoon , pria dua anak itu tak kalah kacau . Dia datang terlambat , ia datang tepat saat putera keduanya telah jatuh hampir tak sadarkan diri di pelukan putera pertamanya .

Pria penuh dengan wibawa saat di perusahaan itu hancur kala mengingat bagaimana , mata kepalanya sendiri melihat putera bungsunya meluruh ke tanah saat benda tumpul berbahan kayu itu menghantam kuat kepalanya .

Jihoon melihat sendiri bagaimana pemuda itu masih tersenyum saat melihat wajah khawatir kakaknya dan berkata jika anak itu kedinginan dan serta merta mengucapkan kalimat sayang pada sang kakak yang notabene bukanlah kakak kandungnya .

Dan kini , setelah pemuda dengan rambut hitam yang sudah sedikit lepek karena darah yang menempel di sana itu masuk ruangan emergency , jihoon melihat bagaimana hancurnya putera pertamanya .

Putera kebanggaannya kini tengah terduduk di depan pintu kaca dengan tangis lirih namun menyakitkan itu . Di sekelilingnya , ada dua pemuda lain yang merupakan teman dari putera sulungnya tengah memeluk seokjin mencoba menyalurkan ketenangan. 

" seokjin ... " panggil namjoon dengan pelan , melihat seokjin dengan penampilan seperti ini membuatnya meringis sedih .

" joon , adikku ... " suara seokjin bergetar saat kembali mengingat kejadian yang ia lewati beberapa jam lalu .

" tenanglah ... adikmu itu kuat ... "

" dia ... kata ibu ... dia memiliki monster di kepalanya ... bagaimana kalau ... " seokjin menoleh cepat kepada jihoon yang berdiri menunduk tak jauh darinya

" a-ayah... bagaimana ini ... i-ibu pasti akan sangat sedih melihat adikku seperti ini ayah ... a-ayahh ... tolong adikku " ucap seokjin mengguncang tubuh sang ayah yang menatapnya sendu

" adikmu ... anak yang kuat seokjin ... ia bisa menahan sakitnya selama ini ... ia pasti akan baik-baik saja ... " jawab jihoon lirih , dirinya sendiri tak yakin dengan kalimatnya mengingat tubuh jimin bahkan jauh dari kata baik-baik saja .

" Ayah sudah menghubungi ibumu ... sesampainya ibumu , temani dia ... kakak jimin tidak selemah ini yaa ... demi adikmu di dalam sana ... " seokjin menghapus air matanya kasar lalu menggelamkan kepalanya pada bahu sang ayah .

" maaf ayah ... maaf karena aku tak menyadari perasaanku sejak dulu pada adikku ... " jihoon menggeleng lalu tersenyum kecil , Mengusap lembut punggung lebar sang putera pertama . 

"Jihoon .. seokjin ... " suara lirih beradu dengan suara lantai itu sampai di indera pendengaran kedua pria berbeda umur di depan sana .

Jihoon , langsung mendekati sang isteri dan memeluknya . Mencoba untuk menenangkan raut khawatir Hana disertai lelehan air mata yang mungkin sejak ia mengabarkan terkait putera bungsunya. 

THE LAST DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang