16 [Obat?]

6.7K 408 13
                                    

Selamat membaca~

***

"Kentang bangun .. " ucap Sagara sambil mengelus-elus pelan rambut Bian.

Tidak lama Bian tersadar dan menatap Sagara.

"Ayok kita balik, hujannya juga sudah berhenti. " Ajak Sagara yang langsung di setujui oleh Bian.

Sebelum pergi keduanya memakai bajunya kembali gak mungkin kan telanjang dada.

"Wajah lu pucat Sagara ? Lu sakit ?" Bian menyentuh kening sagaraya yang panas. Sagara memang sakit. Mungkin karena hujan atau lukannya yang sudah terinfeksi.

"Gue masih kuat, tenang aja " ujar Sagara yang sekarang sudah berdiri dari duduknya.

"Ayok jalan, mau gue gondong lu lagi ?"

"Gak usah, gue jalan kaki aja " tolak Bian, ia tau kalau Sagara hanya pura-pura kuat di hadapannya.

Kedua pemuda itu keluar dari tempat itu dan menghirup udara segar, suasana masih terasa dingin mesti tidak sedingin pas hujan tadi.

"Sagara...."

"Bian...."

Samar-samar suara terdengar dari arah depan, Bian berjalan sedikit lebih cepat hanya untuk memastikan pendengarannya.

"Gue di sini !!!" Bian berteriak sangat keras.

Dan tidak lama Herry datang bersama rombongan dan juga para guru.

"Bian ? Akhirnya lu gak terluka kan ? " Herry langsung memeluk tubuh Bian dia bersyukur kalau Bian baik-baik saja.

Sagara menarik kerah baju Bian, menjauhkannya dari Herry. "Jangan terlalu dekat " ucap Sagara.

"Aah sorry gue terlalu senang. "

"Kalian tidak apa-apa ?" Seorang guru bertanya, Bian dan Sagara menjawab "tidak" dengan serempak.

"Mati kita ke sekolah. " Ajak para guru.

Semua murid kembali ke sekolah, sampai di sana Sagara segera mengganti baju bersamaan dengan Bian.

"Lu ijinin pulang aja, badan lu panas Ga " titah Bian.

"Kalau lu pulang, gue juga ikut pulang. Tapi kalau lu di sini gue akan tetap di sini "

"Hah .. " Bian membuang nafasnya kasar. "Serah lu aja, kalau lu mati di sini gue gak mau ikut campur"

"Kalau gue mati, lu juga harus ikut mati. "

"Ogah !" Bian masuk ke toilet dan mengunci pintu itu dari dalam, supaya Sagara tidak bisa ikut masuk.

"Enak aja mau ngajak gue mati " gumam Bian kesal sambil mengangti bajunya.

Setelah selesai mengganti baju Bian keluar, dia tidak melihat Sagara. Apa Sagara sudah keluar duluan ?

Bian kemudian keluar, di depan gerbang Bian melihat Sagara tengah ngobrol dengan orang yang sangat dikenalnya dia wiratmaja ayah Sagara sekaligus mertua Bian.

"Kenapa ayah ke sekolah ?" Tanya Bian pada dirinya sendiri.

Sagara melihat Bian, dia melambaikan tangannya tinggi-tinggi memanggil Bian untuk datang.

"Ayah kok di sini ?" Tanya Bian setelah Bian sampai di gerbang sekolah.

"Ayah mau jemput kamu sama Sagara "

"Hah jemput ?"

"Iya sayang, kata Sagara kaki kamu sakit perlu di urut, jadi kita harus pulang sekarang, ayah juga sudah minta ijin ke gurumu. "

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang