25

5.8K 368 7
                                    

Selamat Membaca ~


***


"Harus ya, kita ke rumah Bokap Lu ?" Tanya Bian

"Ya, begitulah. " Sagara masih sibuk memilih baju untuk dirinya.

"Sejujurnya Gue males ikut " Bian menghela nafas panjang.

"Kalau Lu gak ikut Orang tua itu pasti banyak tanya, nanyain Lu kenapa bisa gak ikut ? Bilang kita  pasti bertengkar dan BLA BLA BLA .. "

Bian menatap Sagara, "kan bisa Lu buat alasan "

"M-A-L-E-S " jawab Sagara,

Sagara melempar baju ke arah Bian yang duduk di tepi kasur sambari memeluk boneka kentang pemberian Sagara.

"Pake baju, Kita udah mau telat. "

"Ccckkk!! " Bian berdecak malas, meski begitu Bian tetap mengganti bajunya.

Bukannya Bian gak mau bertemu keluarga Sagara, hanya saja Bian malas, pasti nanti banyak tanya yang akan di lontarkan mereka  kepada dirinya.

Terlebih lagi mereka harus menginap di rumah itu berhubung besok libur sekolah katanya.

"Kentang !!!!! Udah ?" Teriak Sagara dari lantai bawah dan sangat jelas di dengar oleh Bian yang masih bimbang di dalam kamar.

Bian pergi keluar dengan boneka kentang di tangannya.

"Lama banget Lu, Gue sampe lumutan nunggu Lu di sini. " Kesal Sagara

"Yang nyuruh nunggu siapa ?" Tanya Bian 

"Udah, Gue gak mau debat sama Lu di sini... Kalau debatnya di kasur Gue jabanin " Sagara menantang Bian  sambil tersenyum smirk

"Enak di Lu, rugi di Gue"

"Bukannya Lu bilang enak waktu kita main kemarin, hmm ?"

"Bahkan Lu minta lagi, kalau Lu lupa "

"K—kata siapa ? Gue gak pernah minta " ujar Bian terbata-bata mungkin sedang menahan malu.

"Gak mau ngaku, hhmmm ? " Sagara sedikit menunduk sambil  menarik dagu Bian kemudian mencium bibir Bian.

Cup~

"Ckkk .. jangan mulai " Bian menjauhkan wajah Sagara dari hadapannya.

"Kenapa kita harus bahas itu sih ! Udah, Ayok jalan!" Bian gak mau percakapan yang tidak penting ini berlanjut lama. Karena itu, Bian menarik tangan Sagara, keluar rumah.

Sagara tersenyum menghentikan langkahnya membuat langkah Bian juga ikut terhenti.

"Kenapa berhenti— " ucapan Bian terhenti karena tiba-tiba saja Sagara menggendong Bian ala koala.

Bian terdiam sejenak sebelum akhirnya Ia memberontak.

"Lepasin Gue ! Kaki Gue masih berfusi buat jalan! Gue bukan anak kecil !" Seperti itu Bian berteriak.

"Kalau gitu mau gue potong kedua kaki Lu biar setiap hari Gue bisa gendong Lu kek gini hah ?"

"Dasar psiko .. !!" Bian memukul dada Sagara dengan keras,

"Sakit kentang ! "

"Kalau gitu turunin Gue !"

"Ya, setelah sampai mobil " Sagara melangkahkan kakinya menuju garasi.

Dengan sangat terpaksa Bian tidak memberontak lagi, takut jatuh.  Di samping itu Bian merasa nyaman berada di gendongan seorang Sagara, hanya saja Bian malu mengakuinya.

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang