9

96 13 0
                                    

" Kenapa kamu ngomong gitu? Emangnya dia udah punya cewek? " Tanya Kayla yang dibalas anggukan.

" Wah perlu diselidiki nih cowok. Kamu tenang aja Helena kita bakal selidikin tuh cowok biar kamu nggak nangisin cowok berengsek kek gitu. " Ucap Lidya dengan penuh emosi.

" Nggak usah, kalau emang jodoh pasti ada jalannya kalau nggak ya jangan dipaksa kayak gitu. " Ucap Helena sambil memakan sup buatan temannya.

" Sepasrah itu hidupmu Helena? Nggak habis pikir gw. " Ucap Kayla sambil mengelus dada sendiri.

" Udahlah jangan diurusin mending kita makan dulu. " Ucap Helena.

.
.

Kini Juan sudah sampai dirumahnya, saat dia masuk dia bertemu dengan ayahnya yang baru terbangun.

.
.

" Sepertinya aku ketiduran lagi, kamu udah makan? " Tanya Sanjaya.

" Udah bareng sama Helena tadi. " Ucap Juan sambil menuju dapur.

" Makan apa sampai habis puluhan juta? Makan di Jepang ya? " Tanya Sanjaya sambil membenarkan posisi tidurnya.

" Jangan lupa ya Juan sayang jika kartumu itu masih bisa ayah akses. " Ucap Sanjaya dengan santainya.

" Kamu mentraktir cewek mana lagi hah? Jika ibumu tau kelakuanmu seperti ini lagi ayah yakin kamu bakal disuruh langsung nikah. " Ucap Sanjaya sambil mengganti acara tv.

" Setidaknya aku sudah mengajak Helena. Tenang saja jika ketahuan sama ibu aku yang punya urusan. " Ucap Juan menuju dapurnya.

" Punya anak tolol banget dah, males jadi pengen beli saham. " Ucap Sanjaya sambil menonton tayo.

.
.

Saat Juan berasa didapur dia menerima pesan dari Helena yang mengucapkan terimakasih. Juan merasa sedikit senang saat membacanya tapi kemudian berlagak tak peduli.

Juan membuat teh sambil mendengarkan musik. Saat asik mendengarkan musik seketika banyak pesan dari cewek yang dia ajak kecan memutusi dirinya.

Juan yang bodoamat tak membalas pesan mereka. Dia segera menuju kamarnya untuk tiduran. Selama berada di kamar Juan kesusahan untuk tidur. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi jalan-jalan.

.
.

" Juan kamu mau nganter ayah ke makam kakek kamu nggak? " Tanya Sanjaya sambil mengenakan jaketnya.

" Yaudah aku ngikut aja. Tapi masa kita berdua aja? " Ucap Juan sambil meminum air.

" Mereka lagi punya urusan sendiri. Udah ayo kita pergi sekarang ntar kemaleman. " Ucap Sanjaya dengan semangat merangkul anaknya.

.
.

Selama diperjalanan mereka tak melakukan pembicaraan sama sekali, mereka terlihat seperti canggung. Sampai di makam kakek mereka baru mulai sebuah pembicaraan.

.
.

" Tumben ayah datang ke makam kakek menjelang malam begini, biasanya pagi ayah kesini. " Ucap Juan sambil mencabut rumput yang ada di makam kakeknya.

" Seikhlas apapun ayah dengan kepergian kakekmu tapi masih ada rindu akan keberadaan seorang ayah. " Ucap Sanjaya sambil berdiri dari posisi duduknya.

" Berarti ayah lagi kangen sama kakek sekarang? " Tanya Juan sambil berdiri juga.

" Iya, begitu juga nenekmu dia sangat rindu dengan suaminya yang selama ini menemaninya. " Ucap Sanjaya sambil memandang makam ayahnya begitu lama.

Terimakasih Telah HadirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang