2. Sekelas

472 14 0
                                    

jangan lupa follow, vote, dan komen~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa follow, vote, dan komen~

Enjoy~~

🥀☕️

Rhea masih duduk di kursi depan Minimarket. Sembari menunggu sahabatnya tiba di sekolah. Rhea kesal pada dirinya sendiri karena tidak melihat name tag lelaki yang memberikannya sekaleng kopi tadi.

Tak henti-hentinya ia memaki dirinya sendiri di dalam hati. Ini pertama kali ia melihat wajah lelaki itu, entah memang anak baru atau dirinya yang kurang bisa mengingat wajah seseorang. Tapi dari penampilan serta wajahnya yang asing itu, sepertinya lelaki tadi jauh dari kata populer di sekolah Hartana.

Rhea melirik jam tangannya. Sudah 15 menit ia menunggu Poppy di sini. Kesabarannya telah habis. Rhea manyandang tas ransel di satu punggungnya, membiarkan tali punggung yang lainnya tak terkait. Bangkit dari sana, kemudian melempar sekaleng kopinya yang kosong kedalam tong sampah. Kaki jenjangnya segera melangkah meninggalkan Minimarket.

Tak lupa memberi salam pada Pak Satpam sebelum melangkah melewati gerbang. Sekolah sudah lumayan ramai, tidak sesepi beberapa menit yang lalu. Terlihat sudah ada beberapa motor yang berjejer terparkir. Namun, tetap saja Rhea tidak melihat keberadaan teman-teman sekelasnya hadir di sekolah.

Daripada jenuh dan bosan seperti orang gila duduk sendirian di depan Minimarket, lebih baik dia menunggu teman-temannya yang lain di kelas saja.

Satu-persatu pintu di periksa oleh Rhea. Ada daftar nama kelas yang di cantumkan di depan pintu setiap kelas. Ternyata kelasnya berada di lantai tiga. Ya, sepertinya Rhea akan menjadi remaja jompo selama satu semester kedepan. Padahal dulu kelasnya selalu berada di lantai satu. SMA Hartana memiliki empat lantai di setiap gedungnya.

Suara nafas yang terengah-engah karena menaiki tangga meluncur dari bibir Rhea. "Bener-bener nih sekolah, SPP doang yang mahal. Tapi nggak ada eskalatornya. Minimal pasang lift lah!" Rhea memaki pada saat dirinya telah sampai di lantai tiga.

Ia mengatur kembali nafasnya sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menuju kelasnya. Dari satu pintu, ke pintu lainnya. Memerhatikan setiap daftar nama yang tertempel di sana.

Tidak jauh dari tangga, dengan nomor kelas 11 - IPS 5 tercantum nama lengkap dirinya di sana, Rhea Zoraya.

"Akhirnya ketemu." Rhea menghela nafas memandangi daftar nama.

Tanpa berniat mengetuknya lebih dulu, tangan lentik itu memegang gagang pintu kemudian membukanya. Betapa terkejutnya Rhea saat memasuki kelas yang ternyata sudah ada murid di dalamnya.

Seorang lelaki berkulit gelap sedang duduk di kursi ujung dekat jendela. Lelaki itu menatapnya dengan tatapan terkejut tidak jauh berbeda darinya. Mereka berdua saling tatap, namun Rhea langsung mengenali lelaki tersebut.

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang