49. Memulainya Dari Awal

85 5 0
                                    

🥀☕️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀☕️

"Sangat wajar jika sikap manusia berubah setelah hatinya terluka." –DUNIA KITA BERBEDA.

🥀☕️

Anak-anak sekolah sudah pada berpulangan. Rhea berdiri sendirian di depan garbang. Berharap ada taksi atau angkot yang lewat. Tapi di tunggu punya tunggu, sudah beberapa menit ia berdiri tak ada satupun angkutan umum yang lewat di depan gerbangnya.

Pak Tono lupa mengabari Rhea jika hari ini ia tidak bisa menjemput karena harus mengantar Daiva ke bandara. Apa yang mau di kata, sudah terjadi. Dan sekarang Rhea menyemangati dirinya sendiri dalam hati untuk menunggu lebih lama lagi sembari berdoa agar ada taksi yang lewat.

"Ku anter aja."

Matanya mendelik kaget mendengar suara yang begitu familiar. Rhea berbalik dan mendapati Hali yang duduk di atas motor, berhenti di ambang gerbang.

"Nggak." Rhea kembali menghadap ke jalan.

Sementara Hali mendorong motornya menggunakan kaki. Hingga berhenti di samping Rhea. "Sekolah udah sepi. Udah mau sore loh."

"Enggak." Rhea tetap menolaknya.

"Kalo aku pergi, kamu bakalan sendirian di sini."

"Bodo amat."

"Ntar kamu di datangi orang nggak bener."

"Coba aja kalo berani. Gue tonjok mukanya." Rhea nantangin.

Hali lupa jika perempuan yang di sukainya ini akan segera naik sabuk ke sabuk hitam. Meski begitu tetap saja Hali khawatir. Padahal jelas-jelas Rhea pernah menyelamatkannya dari Cakra. "Ayo, Rhea. Ku anter aja, ya?"

"Kok lo maksa sih?" lontar Rhea. Nada suaranya sedikit ngegas.

Hali tersentak kaget. Sedikit takut. "B-bukan maksa."

Kedua alis Rhea berkerut tajam sebelum kembali berbalik menghadap kedepan tak memperdulikan Hali. Sementara Hali masih belum menyerah untuk membujuk Rhea agar pulang bersamanya. Kakinya mendorong motor sedikit lebih maju.

"Rhea.." panggilannya lembut sekali. Bahkan dapat di akui bisa meluluhkan hati yang kebakar emosi. "Ku anter, ya?"

Rhea melirik Hali yang persis berada di sebelahnya dengan gerakan matanya saja. Helahan nafas panjang meluncur dari bibir Rhea. "Kalo gue tetap nggak mau?"

"Ku bujuk."

"Gue nggak mau." Rhea kembali menatap pada jalan. Dan tingkahnya itu dapat membuat Hali terkekeh gemas.

Standar motor ia turunkan. Hali turun dari motor melangkah mendekati Rhea. "Rhea.. ayo pulang bareng aku."

Rhea tetap pada ekspresi yang sama, datar. Dengan kedua tangan bersadakap. Namun usahanya untuk menahan senyum itupun gagal total saat Hali berdiri di hadapannya dengan wajah bak anak kecil yang sedang merayu temannya yang sedang ngambek.

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang