45. Kecewa

117 6 1
                                    

"Hati yang kecewa dapat merubah sifat seseorang jauh dari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati yang kecewa dapat merubah sifat seseorang jauh dari sebelumnya." –DUNIA KITA BERBEDA.

🥀☕️

"Rhea!"

Hali berlari masuk menghampiri Rhea yang sudah terbaring meringkuk di lantai kamarnya. Ac di dalam ruangan begitu dingin. Awalnya Hali mengira Rhea pingsan, namun ternyata gadis itu masih sadar.

Tersengar suara mendesis dan meringis menahan sakit dari Rhea. Kedua telapak tangannya menyentuh perut. Seakan-akan titik sakitnya berasal dari sana.

"Rhea.." Hali memanggil lembut. Jongkok untuk melihat kondisi Rhea lebih dekat.

Wajah gadis itu kian pucat. Keringat membasahi wajahnya. Nafasnya tak beraturan. Alisnya sesekali menyerngit.

"Rhea.." Hali menangkup pipi gadis itu dengan telapak tangannya. Terasa panas di sana. "Ayo, ku bantu naik ke kasur." Saat tangan kurus itu mencoba menyentuh lengan Rhea dan membantunya untuk bangkit.

Rhea malah menepisnya. Menolak bantuan dari Hali. Meski terlihat tak bedaya, gadis itu tak mau menerima bantuan Hali.

"Rhea.. ku bantu, ya?" Hali mencoba untuk kembali menyentuh tangan Rhea. Ia bawa melingkari lehernya. Kembali Rhea menolak mentah-mentah.

"Keluar," pintah Rhea.

Satu kata, namun berhasil membuat Hali mengingat pada saat ia memaki Rhea di kelas waktu itu. Di saat itu dia juga menyuruh Rhea untuk keluar dari kelas. Dan Sekarang Rhea menyuruhnya untuk keluar dari kamarnya. Nada suaranyapun begitu mirip.

"Rhea, aku–"

"Keluar!" Rhea membentak kuat. Matanya membengkak karena menangis. Gadis itu tak berdaya, meringkuk di lantai yang dingin.

Melihat kondisi Rhea yang seperti ini tak membuat Hali langsung menuruti keinginan gadis itu. Meski hatinya sakit, tapi sepertinya Hali tidak ada pilihan lain. Mana mungkin dia akan meninggalkan Rhea seorang diri dalam konsisi seperti ini.

Ekspresi wajah yang sempat menampakan kesedihan, kini telah terganti dengan ekspresi wajah yang datar. Mencoba bodo amat. Tangan kurus itu kembali menyentuh tangan Rhea. Melingkarkannya di leher. Kemudian tangan satunya lagi ia sembunyikan di antara lutut bagian bawah Rhea. Lalu dalam hitungan ketiga ia berhitung di dalam hati, Hali menggendong Rhea. Menahan sakit pada bahu sebelah kanannya mati-matian.

"Heh! Turunin!" Rhea membentak.

Hali tak menurut. Tetap menggendong tubuh gadis itu, membaringkannya perlahan di atas kasur yang empuk. Hali berani bersumpah, bahu kanannya memang sakit karena tidak bisa mengangkat berat. Tapi untuk seukuran perempuan dengan tinggi badan seperti Rhea, itu sangat-sangat ringan.

Berat badan Rhea telah berkurang drastis. Dan itu Hali sadari sekarang. Lihat tubuh yang terbaring di atas kasur empuk itu. Kurus, seperti tulang yang siap patah. Rhea tidak seperti ini saat terakhir kali Hali melihatnya dari dekat.

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang