34. Jangan Sakit

141 5 0
                                    

🥀☕️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀☕️

"Aku ingin menjauh darimu. Tapi hatiku tidak menginginkannya." –Hali Yudhana.

🥀☕️

Tirai yang mengelilingi brankar menutupi Hali yang terbaring di dalamnya. Dokter dan Suster telah mengambil ahli. Rhea, Farel, dan Pak Julpan berada di luar area UGD menunggu informasi selanjutnya. Lima menit berlalu, tirai kembali di buka memperlihatkan tubuh Hali tak sadarkan diri. Dokter dan Suster telah selesai memeriksanya.

Pak Julpan bangkit menghampiri, "Bagaimana keadaan anak murid saya, Dok?"

Dokter lelaki muda itu tersenyum simpul, "Dia akan baik-baik saja. Hanya kelelahan dan kekurangan gizi. Apa akhir-akhir ini dia makan tidak teratur?"

Pak Julpan menoleh pada Rhea dan Farel secara bergantian.

"Dia.. agak susah makan, Dok." Rhea menjawab semudah mungkin. Hanya itu yang terlintas di kepalanya.

Dokter muda itu mengulas senyuman lagi, "Kalo begitu dia harus makan makanan yang lezat. Saya permisi dulu."

Setelah Dokter muda itu pergi dari hadapan mereka. Barulah mereka bertiga di izinkan masuk untuk melihat kondisi Hali dari dekat. Lihatlah, tubuh kurus itu, tulang tangannya hampir terlihat. Wajahnya pucat, pipinya terlihat tirus memprihatinkan.

Suara ponsel berdering memenuhi ruangan UGD yang cukup ramai. Rhea merogoh kantung celananya, melihat siapa yang menelpon. "Saya permisi dulu, Pak," izinnya melangkah keluar dari ruangan.

"Kamu di mana, Kak?" Daiva bertanya dari sebrang telepon.

"Di rumah sakit, Ma." Rhea telah berada di luar ruangan.

Mendengar jawaban putri sulungnya seketika membuat Daiva bangkit dari kursi. "Kamu sakit? Apa yang sakit? Kamu demam? Lemas? Nggak makan?" Nada suaranya tidak bisa di bilang pelan. Daiva sangat khawatir.

"Bukan aku."

"Terus siapa? Poppy sakit?"

"Bukan, Ma."

"Martin?"

"Bukan."

Daiva mencoba menormalkan nafasnya, menjatuhkan bokongnya kembali ke kursi. "Jadi siapa yang sakit, Sayang?" Nada suaranya terdengar lebih lembut.

Rhea mengulum bibirnya sebelum menjawab, "Hali, Ma."

"Hali?" Daiva memutar otak dengan cepat, ia merasa pernah mendengar nama itu. "Teman kamu yang orang nggak punya itu?"

"Mama." Rhea menegur agar Daiva berhenti mengatakan itu.

"Mama nanya, Sayang."

"Iya, Ma."

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang