27. Tidak Akan Pernah Mengerti

125 8 0
                                    

🥀☕️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀☕️

"Seandainya aku terlahir kaya. Mungkin aku bisa membuatmu bahagia." –Hali Yudhana.

🥀☕️

Turnamen akan tiba sebentar lagi. Para anggota ekskul futsal terus berlatih tidak kenal waktu. Bahkan mereka sampai izin jam pelajaran hanya untuk latihan. Rhea, Poppy, dan anak ekskul lainnya juga izin untuk latihan. Mereka akan naik tingkat persis sebelum hari turnamen.

Rhea akan naik sabuk ke warna coklat (1st Kyu). Di balik latihannya yang serius, ada seseorang yang memenuhi kepalanya. Siapa lagi lelaki yang bisa membuat Rhea tidak berhenti berpikir. Setelah Hali menjemputnya di hotel, lelaki itu terlihat beda dari biasanya.

Tidak banyak berbicara. Memang Hali adalah orang yang tidak banyak bicara. Tapi bagi Rhea ini benar-benar terasa berbeda. Hali tidak menanggapi candaan atau perkataannya. Lebih terkesan mencuekan.

"Ayo dong Martin.." Rhea berlari-lari kecil mengikuti Martin yang baru saja selesai latihan futsal. Gadis itu mengejar masih dengan pakaian karate yang membungkus tubuhnya.

Tidak peduli jika Martin bau keringat. Atau dirinya yang bau keringat.

"Gue kayaknya nggak bisa ikut deh, Rhe."

"Kan turnamennya udah selesai di tanggal segitu." Rhea berkata kekeh menginginkan apa yang dia mau.

"Ya, justru itu. Gue sibuk. Lo tau kan kalo gue ada banyak gebetan yang siap gue php-in."

"Gue ajak Fiona," ucap Rhe cepat. Membuat lelaki keturunan tionghoa itu berhenti melangkah. Kini ia mematap Rhea dengan mata mendelik. Fiona jauh lebih penting di banding menjadi buaya darat.

"Bohong," tidak semudah itu untuk membuat Martin tertipu.

"Gue telpon dia sekarang." Rhea berkata sembari mengambil benda persegi empat kecil dari kantung celananya. Kemudian langsung mengklik tombol untuk menelpon seseorang.

Tidak membutuhkan waktu lama, telepon Rhea telah di jawab oleh seseorang di sebrang sana.

"Halo, Fin."

Martin mendekatkan telinganya ke ponsel Rhea. Ingin mendengar suara perempuan dari sebrang sana.

"Ya, Rhe."

"Fin, tanggal 9 kan gue ulang tahun. Tapi ulang tahunnya nggak di rayain di hotel. Gue punya ide lain nih. Gue pengen ulang tahun gue jadi ladang pahala."

"Terus?"

"Gue mau sedekah sembako sama orang-orang yang membutuhkan."

"Boleh juga tuh."

"Tapi kekurangan orang. Lo mau ikut bantu nggak?"

Martin semakin mepet ke ponsel di telinga Rhea. Ia ingin mendengar jawaban gadis di sebrang sana.

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang