7. Warung

164 7 0
                                    

jangan lupa follow, vote, dan komen~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa follow, vote, dan komen~

Enjoy~~

🥀☕️

Ada banyak tugas sekolah yang harus di kerjakan hari ini karena akan di kumpulkan besok. Itulah resiko anak sekolah, semakin naik kelasnya, semakin banyak tugas sekolahnya. Rhea keluar dari kamar melangkah menuruni anak tangga. Jam menunjukan pukul 8 malam. Tidak ada siapapun di rumah mewah ini kecuali Rhea.

Gadis itu ingin membuat segelas kopi karena tugas sekolah yang menumpuk membuatnya berniat untuk bergadang. Pada saat ia membuka lemari dapur, toples tempat penyimpanan gula kosong melompong.

"Habis?" Rhea menghela nafas panjang. Sedikit kecewa karena tidak ada orang yang bisa ia suruh untuk membeli gula di warung.

Alan-adik laki-lakinya bermain PlayStation di rumah tetangga. Bi Uni-Asisten Rumah Tangganya juga sudah pulang pukul 5 sore tadi. Daiva-Mamanya akan pulang kerja pada pukul 10 nanti. Mau tidak mau Rhea sendirilah yang harus membeli gula di warung.

Dengan piyama cream bermotif beruang yang telah membungkus tubuhnya, seperti itulah Rhea akan keluar dari rumah. Rambut coklatnya ia biarkan tergerai bebas. Tak lupa menutup gerbang rumahnya sebelum melangkah pergi. Aroma angin malam membuat sensasi tubuhnya menjadi rileks.

Tugas-tugas sekolah yang menumpuk sejenak terlupakan. Sembari tetap berjalan, Rhea sedikit melirik rumah tetangga. Memastikan apakah sendal milik Alan masih berada di sana atau tidak. Ternyata benar, Alan masih bermain Playstation bersama teman-temannya.

Masa bodo dengan itu, Rhea tetap melanjutkan langkahnya. Melewati blok demi blok, hingga keluarlah dirinya dari area komplek.

"Mau kemana, mbak?" Pak Security berdiri menyapa Rhea, padahal tadi ia sedang duduk santai menonton tv.

"Mau ke warung sebentar, Pak." Rhea tersenyum ramah. "Mari pak."

Pak Security itu mengangguk mengulas senyuman. Rhea kembali melangkah. Tepat di sebrang pintu masuk kawasan kompleknya, terdapat 3 ruko yang berdempetan. Dari ujung kanan ruko itu adalah salon, dan di tengahnya adalah warung, lalu paling ujung sebelah kiri adalah butik.

Rhea menoleh ke kanan-kiri, memastikan tidak ada kendaraan yang lewat saat dirinya menyebrangi jalan beraspal. Sedikit berlari pada saat hampir sampai ke tempat tujuannya. Langkah kaki yang terbalut sendal itu sedikit berisik memasuki warung.

"Om, gula sekilo." Rhea berkata pada pemuda yang duduk di belakang meja kasir. Matanya masih celingak-celinguk seperti mencari jajanan lain. "Sama kopi ini, ya serenteng."

Rhea menatap pemuda yang duduk di sana. Mematung sama sepertinya, mata mereka saling bertatapan.

"Hali?!" Rhea terkejut bukan main. Bukan Om Samad yang biasa melayani, tetapi Hali yang berada di warung itu. Gadis itu mendekatkan tubuhnya tepat di depan meja kasir. "Lo anaknya Om Samad?"

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang