3. Cokelat

354 13 0
                                    

jangan lupa follow, vote, dan komen~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa follow, vote, dan komen~

Enjoy~~

🥀☕️

Hari pertama sekolah tidak buruk. Banyak freeclass dan bahkan tidak belajar sama sekali. Hali lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mencoret-coret kertas dan sesekali baca buku. Sedangkan teman-teman sekelasnya pada sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan Farel yang duduk di belakangnyapun sudah menghilang entah kemana.

Bagaimanapun Hali berusaha untuk tidak memperdulikan sekitar. Tetap saja matanya tidak bisa fokus pada apa yang sedang ia kerjakan. Sesekali ia selalu melirik ke kanan, melihat sosok gadis berambut coklat dengan tataan rambut setengah di kuncir.

Tanpa sadar dirinya juga ikut tersenyum saat melihat gadis itu tertawa lepas karena asyik mengobrolan dengan temannya yang duduk di depan. Entah obrolan apa yang sedang mereka bahas hingga membuat Rhea bisa tertawa lepas seperti itu.

Pada saat di jalan pulang pun Hali tak henti-hentinya memancarkan wajah gembira karena masih terbayang wajah Rhea yang tertawa lepas. Suara motor matic Suzuki Skywave 125 hitam memasuki gang kecil seukuran motornya.

"Kenapa nih senyum-senyum?" Seorang gadis keluar dari dalam rumah saat mendengar suara motor yang familiar baginya.

Hali mendongak sesaat, lalu menunduk kembali untuk menyembunyikan senyumnya. Berusaha untuk merubah ekspresinya seperti biasa. "Siapa yang senyum-senyum?"

"Lah, itu tadi Abang senyum?" Gadis itu menegaskan. Dia adalah Nala Agita, adik perempuannya Hali.

"Enggak. Salah liat kali kamu." Hali mematikan mesin motornya.

Nala memasang wajah jengkel. Bagaimana mungkin dia salah lihat? Jelas-jelas ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau abangnya tadi tersenyum seperti orang gila.

"Yaudah deh, terserah Abang," ucap Nala sebelum memakai sandal dan berjalan pergi begitu saja.

"Eh-eh mau kemana?" Hali bertanya, melihat sang adik yang melanglah pergi tanpa bilang.

"Warung! Mau beli telur!" Nala berteriak tanpa menghentikan langkahnya.

Hali mengedikan bahu singkat sembari terkekeh pelan melihat ekspresi adiknya yang kesal.

Rumah petak berdinding semen seperti kos-kosan yang terletak di dalam gang kecil ini adalah tempat tinggal Hali dan Nala. Di luarnya terdapat kursi kayu yang Hali buat sendiri untuk bersantai sembari menikmati angin alam. Rumah petak ini terlihat paling kecil di banding rumah-rumah yang ada di sebelahnya, bahkan paling menonjol sendirian. Karena tidak di lapisi cat sama sekali. Hanya semen yang menjadi hiasan dindingnya.

Sebelum masuk, Hali tak lupa untuk membuka sepatunya terlebih dahulu, dan meletakannya di rak sepatu yang berada di samping pintu. Kemudian, ia meletakan tasnya di atas meja belajar. Hali sudah risih dengan tubuhnya yang berkeringat. Ia membuka lemari, mengambil baju serta celana yang menurutnya nyaman di kenakan. Kemudian meraih handuk yang tergantung di jemuran kecil dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang