50. Suatu Hari Nanti

101 9 1
                                    

🥀☕️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀☕️

"Aku berjanji, suatu hari nanti aku akan mengajakmu menikmati makanan mewah dan mahal sambil memandangi city light dari gedung pencakar langit. Kuharap kamu mau menunggu hari itu tiba." –Hali Yudhana.

🥀☕️

"Halo Rhea."

Baru saja Rhea menjauhkan bokongnya di singgahsana. Makhluk manis bernama Hali sudah mendatanginya ke kelas dengan menggenggam sebatang white Cokelat di tangannya. Hali berjalan masuk, menjatuhkan bokongnya di kursi depan Rhea.

Anak-anak di kelas itu berusaha acuh. Tapi Rhea tetap nenyadari jika teman-temannya memperhatikan mereka.

"Nih buat kamu." Hali meletakan sebatang white Cokelat di atas telapak tangan Rhea. "Makannya nanti aja. Pas istirahat."

"Makasih," ucap Rhea datar lalu menyimpan cemilan itu kedalam laci.

Baru saja Rhea meletakan kembali tangannya di sisi meja. Tiba-tiba saja Hali kembali meraih tangan mulus itu ke hadapan wajahnya. Menilik punggung tangan tersebut sebelum mendaratkan bibirnya di sana. Ia kecup lama tanpa memperdulikan orang-orang yang melihat mereka.

Rhea mendelik kaget, bahkan sangat kaget. Tak ada niat sekalipun terbesit di hatinya untuk menarik tangannya dari Hali.

Hali mengangkat kepalanya perlahan. Nafas hidungnya mengenai punggung tangan Rhea yang terasa hangat sesekali.

"Aku suka kamu."

Mata coklat Rhea mendelik dan hampir keluar. Anak-anak di sana sudah menjerit histeris. Ada juga yang menganga menyaksikan keberanian Hali tersebut. Dan suara bell berbunyi lantang tepat setelah anak-anak sudah berhenti histeris. Hali tersenyum memandangi wajah cantik Rhea. Dan Rhea mengakui dalam hati jika senyuman Hali manis sekali.

"Aku ke kelas, ya," pamit Hali. Bangkit dari sana dan berjalan keluar dari kelas. Meninggalkan Rhea yang masih mematung diam.

Sikap Hali yang ini jauh di luar ekspetasi Rhea di banding sikap Alan beberapa hari yang lalu. Punggung tangan kanannya terasa semakin hangat. Rhea masih tidak percaya jika bibir Hali pernah mendarat di sana.

°~°~°~°~°~°

Hari ke hari, sikap Hali semakin terlihat berani dari sebelumnya. Memang memiliki batasan, namun lelaki itu seakan tidak punya rasa takut lagi untuk mengungkapkan perasaannya setiap hari.

Ujian semester ganjil telah berakhir. Semoga di ujian kali ini Rhea tetap berada di ranking tiga besar. Memang ia tak berharap banyak, tapi jika semesta mengizinkan, Rhea akan sangat bangga pada dirinya sendiri.

Seperti biasa, Rhea selalu berdiri sendirian di depan gerbang sekolah. Menunggu jemputan pak Tono. Sudah lumayan lama menunggu, ternyata pak Tono mengirimkan pesan jika dia tidak bisa menjemput Rhea.

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang