35. Abu-abu

121 7 0
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan share💃🏻Karena itu semangatku untuk nulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote, komen, dan share💃🏻
Karena itu semangatku untuk nulis.
Jangan skip narasi⚠️

🥀☕️

"Tuhan, boleh aku mencintainya? Meski aku tahu kalau diri ini tidak akan pernah bisa setara dengannya." –Hali Yudhana.

🥀☕️

Cahaya matahari menerobos masuk melewati jendela. Gadis yang tertidur di sofa terlihat mulai tertanggung karena cahayanya. Mata coklat itu perlahan terbuka. Rhea mengubah posisinya menjadi duduk bersandar, masih dengan selimut yang menutupi setengah tubuhnya.

Rhea menoleh ke belakang berniat untuk melihat Hali. Dan siapa sangka jika lelaki itu sudah tidak ada di atas brankarnya.

"Hali?" Rhea menyingkirkan selimutnya. Bangkit dari sana. "Hali!" Kakinya bergegas melangkah cepat keluar ruangan. Mencari keberadaan Hali. Tidak peduli dengan rambuthya yang masih terbilang berantakan dan wajahnya yang masih muka bantal.

"Sus, lihat pasien di kamar VIP 5?" Rhea bertanya pada Suster yang berjaga di meja resepsionis.

"Tadi katanya dia ke taman."

"Makasih, Sus!" Rhea bergegas. Berlari melewati beberapa lansia dan anak-anak. Tak lupa mulutnya mengatakan maaf saat tidak sengaja melewati mereka dengan tidak sopan.

Sampailah Rhea di sebuah taman belakang rumah sakit seperti yang di katakan Suster tadi. Biasanya taman ini di kelilingi oleh pasien poli jiwa. Mereka suka bersantai dan menenangkan diri di sini.

Tidak hanya memandang diam di sana saja. Rhea kembali melangkah menulusuri taman. Tidak peduli betapa luasnya rumput hijau. Rhea hanya peduli pada Hali. Dia harus menemukan lelaki itu.

Proporsi tubuh Hali tinggi dan kurus. Rhea beberapa kali salah orang dan meminta maaf karena telah mengganggu kenyamanan. Hingga seorang lelaki duduk di kursi kayu putih yang terletak di ujung sana menarik perhatian Rhea. Itu Hali. Pandangan mata lelaki itu kosong. Bahkan ia tidak menyadari kehadiran Rhea yang sudah duduk di sampingnya.

"Hei." Rhea sengaja menyenggol lengan Hali untuk menyadarkannya dari lamunan.

"Rhea?" Hali menoleh. Sedikit bergeser ke sudut memberi ruang lebih lapang untuk Rhea.

"Ngapain?"

"Nggak ada. Duduk-duduk aja." Hali tersenyum.

"Kenapa nggak bangunin aku kalo mau ke sini?" Rhea ikut memandangi rumput hijau yang indah di hadapannya.

"Kalo aku bangunin kamu, itu artinya aku orang jahat."

"Kok orang jahat?" Rhea penasaran.

"Iya. Karena udah menghancurkan mimpi orang lain."

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang