46. Ribet

89 5 0
                                    

🥀☕️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀☕️

"Cewe itu ribet. Kalo lo di buat simple sama segala mood dan emosinya, bukan lo orangnya. Dan kebalikannya, kalo lo di buat ribet dengan segala mood dan emosinya, berarti lo orangnya."–Farel.

–DUNIA KITA BERBEDA.

🥀☕️

"Keluar Hali!"

"Aku menyukaimu, Rhea."

Rhea tertegun hebat-hebat. Apa itu barusan? Pengakuan cinta? Tiga kalimat itu berhasil keluar dari mulut Hali. Rhea melotot memandangi wajah manis yang sudah lama tak ia tatap sedekat ini.

"Aku menyukaimu, Rhea. Sangat." Hali mengulangi kalimatnya. Seakan ingin membuat Rhea sadar kalau dirinya tidak salah dengar.

Mata coklat itu kian memanas, pandangannya mulai ngeblur. Bibirnya bergetar menahan isakan tangisnya yang akan keluar. "Lo jahat."

Hali menggeleng samar. "Rhe.."

"Lo jahat, Li."

Air mata Hali kembali jatuh. Melihat Rhea yang seperti ini terus membuat hatinya terasa seperti tertusuk ribuan jarum. Gadis di hadapannya sudah tak mempercayainya lagi.

"Luka di hati gue belum kering. Dan lo dengan pedenya ngungkapin perasaan lo agar gue memaafkan lo, gitu?"

"Enggak, Rhe, enggak."

Rhea terkekeh dengan air matanya yang terus mengalir keluar. "Gue nggak nyangka. Gue pikir lo anak baik-baik, tapi ternyata bisa bermuka dua juga, ya?"

Hali terima semua emosi Rhea.

"Habis ini apa lagi kejahatan lo? Memanfaatkan perasaan dan empati gue demi bisa di maafkan dan ngelakuin kesalahan yang sama?"

"Rhea." Hali mengangkat kepalanya. Menempelkan jari telunjuknya di bibir pucat Rhea. Menyuruh gadis itu untuk berhenti bicara.

Tanpa di rencanakan air mata keduanya mengalir hingga jatuh bersama saat telah sampai di ujung dagu. Mereka saling menatap. Melepas kerinduan yang sudah lama terpendam di dalam hati. Kerinduan akan sebuah obrolan dan pertemuan sedekat ini.

"Aku.. udah suka sama kamu dari lama."

Nafas keduanya memberat.

"Sebelum kamu kenal aku pun, aku udah suka sama kamu, Rhea. Tapi aku pengecut. Aku nggak tau cara ngungkapinnya. Ngeliat kamu yang luar biasa hebat, juga kaya, aku jadi merasa kecil. Aku nggak pantes untukmu. Aku miskin. Aku nggak punya apa-apa. Terlalu takut nggak bisa membuatmu bahagia. Sampai akhirnya kamu ngungkapin perasaanmu duluan. Bukannya senang, tapi hal itu semakin membuatku sadar diri."

"Dan hari ini, si pengecut ini mencoba memberanikan diri untuk mengatakan yang sejujurnya. Meski dia belum mampu akan selalu membuatmu bahagia."

Mata coklat indah itu masih memandanginya.

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang