Prolog

1.2K 21 0
                                    

"Holy crab, Lex." Umpat seseorang yang sangat aku kenal dengan baik. Walaupun ia mengumpat, tetapi terlihat jelas raut wajahnya bahwa ia mengkhawatirkanku.

"Are you okay, son?"

"Hm." Gumamku sambil memalingkan wajah karena aku tidak ingin atau lebih tepatnya tidak suka jika seseorang menyentuh wajahku.

"Are you drunk?!" Tanya nya dan aku memilih untuk terdiam. Pria yang sudah berumur itu menghela napas lalu menatapku dengan pasrah. "He will kill you, Lex."

Aku tidak mengeluarkan kata apapun setelah mendengar apa yang baru saja ia ucapkan. Tentu saja aku tahu siapa yang ia maksud. He will kill you. I don't care!

Bunyi sirine yang semakin terdengar jelas itu berhasil mengahlikan pikiranku. Dua ambulans dan beberapa mobil polisi datang di saat yang bersamaan membuat jalanan kota London di tengah malam ini begitu terasa ramai walaupun hanya terlihat beberapa penduduk warga sekitar.

Ya! It's 01.00 AM right now!

"Apa anda baik-baik saja?" Ucap salah satu petugas ambulans yang menghampiriku.

"I'm fine."

"Okay, tapi mohon ikut saya ke ambulans untuk penangan pertama, luka di kepala and-"

"I said i'm fine. Just take care of them." Ucapku sambil memandang sepasang kekasih yang mengalami luka-luka akibat kecelakaan yang beberapa waktu yang lalu terjadi.

Well, aku tahu kecelakaan ini adalah sepenuhnya salahku. Mengendarai motor sport dengan keadaan setengah mabuk membuat diriku kehilangan kendali dan tidak sengaja menerobos lampu merah membuatku hampir membunuh mereka. But thank God they are alive.

"Baik Tuan." Ucap petugas ambulans tersebut dan meninggalkanku bersama pria paruh baya yang sedari tadi menemaniku.

"Kamu tidak menelponnya?"

"No, my mom will freak out."

Aku lebih memilih untuk tidak mengabari mereka karena yang aku cemaskan adalah Ibu yang sangat aku sayangi itu akan panik ketakutan dan hal itu adalah hal terakhir yang aku inginkan.

"Wait here, i'll talk to them." Ucapnya lalu pria paruh baya itu sedikit berlari ke arah polisi dan mereka terlihat berbincang.

Tentu saja aku tahu apa yang mereka perbincangkan. Pihak polisi tidak akan berani menahanku atau bahkan sekedar mengintrogasiku karena mereka tahu siapa kelurgaku.

Maximillan.

Keluarga kaya raya keturunan bangsawan yang sangat disegani di kota London ini.

"It's done. Aku akan menyuruh seseorang untuk mengurus motor itu. Just go home with me, Lex."

"Ya, uncle Aldrich."

Kalian mengingat siapa Aldirch bukan? Yes! Uncle Aldrich adalah mantan bodyguard Ayahku yang sudah naik pangkat menjadi tangan kanan Ayahku bahkan dari sebelum aku lahir.

"Here, buddy." Pria paruh baya itu memberikanku kotak obat yang terletak di dashboard mobil.

Aku sedikit meringis saat menempelkan kapas dengan tetesan alkohol itu di pelipisku yang terluka.

"Kamu yakin tidak ingin ke rumah sakit?" Tanyanya sambil mengemudikan black sedan yang sedang kami tumpangi ini.

"Hm." Gumamku pelan membuat pria paruh baya itu terkekeh pelan.

"What?" Tanyaku dengan alis terangkat.

"Nothing, you just remind me of someone."

"My dad?" Lirihku nyaris tak terdengar.

"Ya. Kamu mewarisi 90% dari wajah Ayahmu tetapi sifat kalian jauh berbeda. Walaupun kalian sama-sama dingin, setidaknya Ayah kamu tidak pernah berbuat sesuatu yang ceroboh. Luke hanya akan mengambil tindakan berbahaya jika itu menyangkut keluarganya."

"Hm, i know, he's perfect isn't he?"

"Nobody perfect Lex. Aku tahu kamu tidak suka di atur, tapi Luke hanyalah seorang ayah yang ingin yang terbaik untuk puteranya."

Silent!

Aku hanya terdiam tidak lagi menanggapi dan lebih memilih untuk memalingkan wajahku menatap jendela.

Setelah beberapa menit, akhirnya kami sampai di mansion super mewah bak istana ini. Hanya terlihat beberapa bodyguard yang sedang menjaga di beberapa titik mansion.

Tuan Maximillan

Sapa mereka dan seperti biasa, aku tidak pernah membalas bahkan menganggukpun tidak.

"What happened to you?"

Aku tidak menjawab pertanyaan yang baru saja aku dengar itu. Aku berjalan lurus naik ke atas tangga mengabaikan sosok pria yang tingginya hampir sama denganku itu seakan-akan ia tidak ada.

"Lex..."

Aku menghela napas tidak sadar karena aku bisa merasakan bahwa ia mengekoriku.

"Lex..."

"Talk to me, Lex."

Still silent!

Aku tidak peduli dengan dia dan yang hanya aku inginkan sekarang adalah masuk ke dalam kamarku dan menguncinya dengan rapat hingga besok malam.

"Lex..."

"Just leave me alone!" Bentakku tanpa memandangnya dan terus berjalan hingga pintu kamarku tepat berada dihadapanku.

"What happend to you?"

"I'm fine!" Aku menatapnya dengan tajam karena ia sekarang berdiri dihadapanku dan lengannya menahan pintu kamarku.

"You are f*cking bleeding!" Umpatnya dan menatapku tidak kalah tajam.

"Get the hell out of my face!"

"Aku tidak akan kemana-mana sebelum kamu menceritakan apa yang terjadi!"

Kepalaku terasa semakin berdenyut karena debat yang sangat tidak penting bagiku ini.

"It's 01.30 AM. Go to your bed, right now!" Bentakku sekali lagi lalu mendorong sosok itu menjauh dariku dan mengunci pintu kamarku dengan begitu rapat.

Aku membuka black leather jacket yang aku pakai lalu melemparnya di atas sofa dan langsung berbaring di atas kasur.

Hari ini adalah hari yang berat. Dan aku yakin esok hari akan jauh lebih berat.

TBC
.
.
.
.
.

Hallo guys!!!

Welcome to "MAXIMILLAN"

Thank you for vote and comment!❤️

MAXIMILLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang