12

140 9 0
                                    

"Aku heran bagaimana para hacker diluar sana dengan mudahnya membobol sistem atau apapun itu!!" Geram Lara sambil menatap laptop di pangkuannya dengan tajam.

"Mengapa sangat sulit?!"

"Mengapa aku tidak mewariskan genetik kedua orang tuaku? Apa jangan-jangan aku bukan anak kandung mereka?!"

Aku hanya terdiam mendengarnya mengoceh sedari tadi. Sudah berjam-jam ia mencoba meretas file itu, bahkan langit sudah mulai memerah menandakan matahari akan terbenam sebentar lagi.

"Oh my God." Gadis itu memijit pelipisnya lalu menyandarkan punggungnya di sofa.

"Maybe we can get some help."

"Help?" Lara menatapku dengan alis terangkat.

"Tidak, kamu berj-"

"Ya, aku berjanji untuk tidak melibatkan Kevin."

"So?" Tanyanya sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Aku mungkin mengenal seseorang."

"Seseorang?"

"Ya, my friend from the past. He's swedish and a genius hacker."

Ya! Itu benar. Saat aku duduk di bangku kuliah, aku memiliki banyak teman dari berbagai negara dan berbagai keahlian.

Lara terlihat berpikir sambil menatap laptop dipangkuannya itu. "Fine, but give me some time until midnight. Jika aku belum bisa meretasnya, aku menyetujui untuk meminta bantuan teman kamu." Ucapnya dan aku hanya mengangguk mendengar tawarannya.

Saat ia kembali fokus dengan laptop itu, aku mengambil ponselku dan mencoba mencari kontak temanku itu.

Sudah lama aku tidak berhubungan dengannya, mungkin sekitar dua tahun yang lalu kami bertukar kabar itupun hanya lewat social media.

BUG

"Lex?!

Aku refleks berdiri mendengar suara itu. Suara yang sepertinya terdengar dari luar rumah ini.

"Cek cctv." Ucapku pada Lara dan detik itu juga ia mengutak atik laptop tersebut dan mencoba mencari rekaman cctv.

"Oh no...."

She's freezing!

What happen?

Aku langsung mengambil ahli laptop tersebut dan detik itu juga rahangku mengeras melihat apa yang ditampilkan cctv di rumah ini.

They found us!

Aku bisa melihat dua mobil terparkir sempurna di halaman depan dan mungkin ada sepuluh orang berpakaian khas mafia yang persis memburu kami beberapa waktu yang lalu sudah bersiap dengan pistol mereka.

Aku dengan cepat menonaktifkan laptop itu dan memasukkannya dalam ranselku. Dan tak lupa mengambil pistol dan peluru isi ulang dan black bullet yang aku miliki yang hanya tersisa dua itu.

"Here..." Aku memakaikan gadis itu coat miliknya beserta ranselku dan segera menarik tangannya dengan cepat.

"Lex?! What are you doing?" Ucapnya panik saat melihat kami sudah berdiri di pintu samping yang langsung terhubung dengan hutan di vaxholms kastell.

"Lara... larilah secepat mungkin."

"What? A-aku..."

"Hei..." Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku lalu menatap matanya dengan dalam.

"Larilah ke dalam hutan, aku akan menyusul."

"Kamu tidak ikut denganku?" Ia memegang telapak tanganku dengan bergetar dan mata cantik seperti boneka itu sudah bersiap mengeluarkan air mata.

MAXIMILLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang