36

108 7 0
                                    

It hurts

I don't lie

Why? How could?

Breathe in breathe out

Calm down Lara!

Kejadian malam tadi membuat kepalaku sakit! Aku sama sekali belum tidur karena pria tampan itu pergi meninggalkanku di kamar seorang diri.

Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Apakah aku kelewatan? Apa aku menyinggungnya? Entahlah!

And where is he now?!

It's 03.00 AM now!

Aku mencoba untuk menutup mata dan berusaha untuk tertidur. Mungkin beberapa menit hingga aku menyerah dan memutuskan untuk bangkit dari kasur.

Aku menyikap selimut yang aku pakai lalu berjalan menuju kamar mandi.

Aku menyalakan keran air dan membasuh wajahku dengan air dingin.

I look myself in the mirror.

Hanya memandang ke arah depan entah berapa lama hingga sayup-sayup aku mendengar suara dari luar.

Apa itu Alex?

Aku dengan cepat mematikan keran air tersebut lalu berjalan keluar dari kamar mandi ini.

Aku bernapas dengan lega melihat pria yang ku tunggu-tunggu keberadaannya itu sedang berdiri di balkon membelakangiku.

Aku perlahan mendekat.

Walau aku yakin tidak menimbulkan suara apapun, tetapi pria itu tetap menyadari keberadaanku.

"Belum tidur?" Tanyanya dengan suara serak membuat aku mengernyitkan dahiku. Saat ini posisinya masih membelakangiku hingga aku tidak bisa melihat wajah tampannya.

"I can't sleep." Ucapku sambil maju selangkah hingga jarak kami lebih dekat.

Ingin sekali aku memeluk punggung lebarnya itu tetapi aku memilih untuk menahan diriku.

"Sleep, it's almost dawn." Ucapnya dengan nada kecil dan bergetar.

What happend?

Sounds like not him at all!

"Are you okay?" Aku maju selangkah lagi hingga aku berdiri tepat di belakangnya. Aku memegang bahu kirinya dan meremasnya dengan pelan.

"Ya."

"No, you're not."

Aku hanya mendegar helaan napasnya yang berarti memang sesuatu terjadi dan aku sama sekali tidak tahu apa itu.

Tidak mungkin hanya karena pertengkaran kami semalam bukan?

"You can share with me, Lex."

Ia hanya diam, entah berapa lama hingga aku kembali bersuara.

"Apa kamu marah denganku?"

"I'm so sorry, Alex. Aku tidak bermaksud. Aku hanya ingin tahu mengapa kamu menyebut namaku... ya... alasan sebenarnya."

"I'm not angry with you."

"Really?" Tanyaku refleks dan ia hanya bergumam.

"So?"

"I'm just...."

"What?" Desakku saat ia memotong kalimatnya sendiri.

Setelah beberapa saat ia kembali terdiam, akhirnya pria itu menegakkan badannya hingga tanganku di bahunya sedari tadi terlepas begitu saja.

MAXIMILLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang