43

74 4 0
                                    

"PLEASE HELP!!!"

I'm so terrified

Air mataku tidak bisa berhenti mengalir sejak pria itu menutup matanya dan tidak merespon.

He's totally black out. Dan yang aku takutkan adalah detak jantungnya yang sangat lemah dan peluru masih bersarang di tubuhnya yang bisa saja menjadi infeksi.

Aku tidak bisa melakukan pertolongan pertama karena jika aku mengeluarkan ketiga peluru itu, Alex akan mengalami pendarahan hebat dan di mobil sama sekali tidak ada alat ataupun obat medis.

"Letakkan beliau disini." Ucap perawat yang mendatangi kami dengan brankar yang ia dorong bersama satu perawat lainnya.

Ya! Kami sekarang berada di rumah sakit setelah berkendara selama dua puluh menit. Rumah sakit ini tergolong kecil karena terletak di perbatasan kota London.

Akan terlalu jauh jika ingin membawa Alex ke rumah sakit yang lebih besar karena letak mansion tempat kami di culik itu sendiri terletak di kawasan hutan yang sangat jauh dari kota.

Kevin dengan cepat membaringkan Alex di brankar tersebut dan kami mengikuti ketiga perawat itu menuju UGD untuk pertologan pertama.

"Mohon maaf nona. Apa bisa anda jelaskan apa yang terjadi?" Tanya seorang dokter pria paruh baya yang ada di ruangan itu.

"Ia tertembak, tiga peluru. Di paha, pinggang belakang, dan bahu." Jelasku dan dokter itu tampaknya shock dengan apa yang baru saja aku ucapkan.

"Baiklah. Saya akan berusaha, nona mohon tunggu di luar." Ucapnya dan aku hanya mengangguk pelan.

"Oh my God." Aku bersandar di tembok dan menatap kedua telapak tanganku yang dipenuhi oleh darah pria itu.

I'm so scared... aku tidak ingin terjadi apa-apa pada pria itu. I couldn't imagine!

"Hei..." Kevin menyentuh bahuku dan seketika aku memeluknya dengan erat.

"He's gonna be fine." Ucapnya dengan suara parau. Aku tahu bukan hanya aku yang ketakutan disini, tetapi Kevin juga.

"Bagaimana jika terjadi hal buruk?" Ucapku sambil terisak.

"Don't say that... he's a tough man."

Aku hanya terisak dan memeluk Kevin dengan erat. Hatiku merasa begitu hancur melihat Alex tidak sadarkan diri. Rasanya seperti ribuan jarum menusuk dadaku disaat yang bersamaan.

"Kamu juga harus diperiksa, belakang leher kamu masih mengeluarkan darah." Bisik Kevin dan aku menggelengkan kepala.

"I don't want to leave. Aku harus berada disini saat dokter selesai melakukan pertolongan."

"Trust me, Lara. Alex akan sangat marah jika melihat luka kamu belum diperban." Ucapnya membuat aku semakin terisak.

"Please... he's not going anywhere dan aku akan berada disini."

Setelah beberapa saat berusaha mengontrol tangisku, akhirnya aku mengalah dan pergi menemui perawat di rumah sakit ini.

Tidak membutuhkan waktu lama. Hanya dua jahitan dan di perban.

Setelah itu, aku memutuskan untuk ke kamar kecil dan membasuh tanganku karena darah Alex sudah mengering.

Saat aku keluar dari kamar kecil, aku melihat Mia dan juga Harry berada di depan UGD bersama Kevin.

"Apa ada kabar?" Tanyaku setelah bergabung dengan mereka.

Kevin menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil membuatku menarik napas sebanyak mungkin.

MAXIMILLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang