15

155 9 1
                                    

"Maybe we can get some rest at hotel?"

"Are you tired?" Aku menatap Lara dan ia menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ia mengeratkan genggaman tangannya padaku yang bahkan sama sekali belum terlepas sejak beberapa jam yang lalu.

"I worried about you. Sudah 5 jam kamu menyetir dan sekarang sudah jam 12 malam."

"I'm fine, Lara."

"Kamu belum pulih bahkan seharusnya kamu berada di kasur seharian ini." Ucapnya menatap luka di bawah perutku yang tentu masih tertutupi oleh kaos yang aku gunakan.

"Lagi pula aku harus membersihkan dan mengganti perban kamu."

"Please, Lex."

Fine! Aku tidak akan pernah bisa menolak kata please yang ia ucapkan itu. Lagipula aku tidak boleh egois, mungkin Lara tidak akan keberatan untuk tidur di mobil sepanjang perjalanan, tetapi hal itu tidak akan nyaman untuknya.

Aku hanya diam lalu mengangguk pelan dan aku bisa melihat ia tersenyum lebar padaku dan mengucapkan kata 'thank you' tanpa bersuara.

Aku dengan cepat melepaskan genggaman tangan Lara dan mengutak atik ponselku itu lalu mencari hotel terdekat yang sebisa mungkin lokasinya terpencil.

Dalam beberapa menit, aku menemukan satu hotel.

Vasaka Hotel

Tidak terlalu jauh dari posisi kami sekarang, hanya sekitar dua kilo meter.

Aku dengan cepat menginjak gas dengan dalam agar segera sampai di hotel bintang tiga itu.

"Vasaka Hotel?" Ucap Lara setelah melihat nama hotel itu dari jauh.

"Ya, is that okay? Bukan hotel bintang lima tap-"

"Ya. Sounds good, Lex."

"Okay."

Setelah beberapa menit, akhirnya kami sampai di hotel itu. Gedungnya terlihat sedikit lebih tua tetapi sepertinya kami tidak punya pilihan lain karena Hotel lainnya masih berjarak belasan kilo meter.

"C'mon."

Aku menggandeng tangan Lara lalu menautkan jari-jari kami dan berjalan masuk ke dalam hotel itu.

Suasana hotel ini terlihat sepi, mungkin karena waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat.

Aku melihat satu orang wanita paruh baya yang berada di meja resepsionis menatap kami dengan senyum lebarnya.

"Selamat malam. Apa ada yang bisa saya bantu?"

"One room for one night."

"Baik, tuan. Apa ada hal lain?"

"Tidak."

"Baiklah, totalnya €30." Ucapnya dan aku dengan cepat memberinya uang cash.

"Apa boleh saya tahu nama anda tuan? Untuk pendataan hotel kami."

"Antonio Rotta." Yap! Aku memilih nama pelukis asal Italia untuk identitasku malam ini.

"Baiklah, terima kasih tuan dan nyonya Rotta. Ini kartu dan kunci anda." Ucap wanita itu dengan ramah dan aku langsung mengambil benda itu dari tangannya dan kembali menarik tangan Lara.

Kamar itu terletak di lantai tiga. Well, jika kalian bertanya mengapa aku hanya memesan satu kamar, maka jawabannya adalah agar aku lebih mudah mengawasi dan melindungi Lara jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Dan aku yakin gadis itu sama sekali tidak keberatan karena aku tahu ia mengerti dengan keadaan kami sekarang yang menjadi buronan mafia.

Ceklek...

MAXIMILLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang