LIBUR musim panas telah tiba. Aku beserta keluargaku; Dad, Mom dan adikku Paula, berencana mengisi liburan dengan berkunjung ke taman hiburan. Tetapi, ketika hari yang ditunggu-tunggu tiba, Dad tak bisa ikut karena ada pekerjaan mendadak ke luar kota. Akhirnya hanya aku, Mom dan Paula yang pergi.
Langit musim panas memancar kuat. Cuaca cerah mendukung perjalanan kami ke taman bermain. Kutatap bianglala yang menjulang menyentuh langit biru. Aku harus membujuk Paula untuk menaiki bianglala itu karena dia tak berani. Setelah berjanji akan mengikutinya ke mana pun setelah ini, kami akhirnya bisa menikmati sensasi luar biasa saat memandang seluruh kota dari atas bianglala.
Setelah naik bianglala, kami berkunjung ke istana boneka sesuai permintaan Paula. Kami naik perahu kereta untuk menjelajahi lorong air istana boneka. Lampu berwarna-warni menerangi dengan ornamen yang bermacam-macam, diiringin alunan musik di sepanjang jalur. Bonekanya ada berbagai jenis dan merupakan boneka animatronik yang dapat bergerak.
Lagu Row Row Your Boat berputar saat kami melewati diorama boneka yang tampak seperti spirit doll. Perahu yang kami tumpangi melambat dan berhenti.
Row, row, row your boat.
Gently down the stream.
Merrily merrily, merrily, merrily.
Life is but a dream ...Tiba-tiba lampu-lampu di sekitar kami berkedip-kedip.
“Mom, ada apa ini?” Paula menoleh ke sana kemari.
Mom menggeleng. “Aku tidak tahu. Mungkin akan ada pertunjukan.”
Air di sekitar kami tiba-tiba bergemuruh, menimbulkan gelembung-gelembung.
“Mom, airnya!” seruku terperanjat melihat air yang bening berubah jadi merah dan menimbulkan bau anyir. Setelah itu, boneka-boneka di sekitar kami pun bergerak-gerak kencang.
“Astaga!” Paula menjerit dan merangsek memeluk Mom.
Air bergejolak berwarna merah. Musik berputar kencang dan cepat. Lampu berkedip-kedip. Dan boneka-boneka bergerak tak keruan. Semua itu sukses membuat kami ketakutan.
“Mom!” Paula menunjuk ke samping perahu.
Sebuah boneka yang telungkup muncul ke permukaan air.
“AAAH!” Aku dan Paula menjerit saat tiba-tiba boneka itu berbalik.
Wajah boneka tampak seperti manusia, tapi dalam kondisi mengenaskan; lebam dan membengkak, kulitnya membiru, terbelek dari pelipis kanan hingga pipi kiri, rambut panjangnya terurai masai.
Boneka itu begerak-gerak tak keruan, menyebabkan air menciprat-ciprat. Sementara Paula dalam dekapan Mom menangis sejadi-jadinya. Aku merapat ke sisi lain perahu menghindari boneka. Namun, secara tiba-tiba boneka itu bangkit ke arahku, membuatku hampir terjungkal dari perahu jika saja Mom tak segera menarikku ke arahnya hingga kami bertiga bertubrukan.
“Huaaa! Mom!” Tubuh Paula bergetar kencang. Kurasa ini akan menjadi trauma baginya.
Mom menoleh ke sana kemari. “Hei! Hentikan pertunjukannya!”
Sia-sia. Teriakan Mom tak ada yang menggubris sama sekali. Dan bagian terburuknya, setelah kusadari, sejak kami memasuki istana boneka tak ada siapa pun di sini selain kami.
Life is but a dream ...
Setelah lagu berakhir, keadaan berangsur kembali seperti semula. Air secara ajaib kembali bening dan tenang. Lampu menyala normal. Boneka-boneka yang bergerak ribut kembali bergerak seperti biasa. Perahu pun dapat dijalankan.
“Thank, God!” Mom berseru lega.
Perahu bergerak menelusuri lorong hingga tampak cahaya di ujung. Akhirnya kami pun tiba di luar. Mom menuntun kami menuju petugas di pintu keluar wahana istana boneka.
“Excuse me, Sir. Kenapa pertunjukan terakhir tadi sangat menyeramkan? Kau tahu, putriku sampai menangis kencang karenanya!” protes Mom.
“Pardon, me? Seram maksudnya?”
“Kenapa musiknya jadi sangat kencang? Airnya pun jadi merah dan demi Tuhan, kenapa kalian memunculkan boneka menyeramkan seperti itu untuk diperlihatkan pada anak-anak?”
Petugas wahana terperangah. “Kami tidak menampilkan pertunjukkan seperti itu, Nyonya.”
“Tapi kami melihatnya! Lihatlah,” Mom menarik Paula. “dia masih tersengguk.”
“Demi Tuhan, Nyonya, tidak ada yang seperti itu di sini.”
Mom mengembus napas kasar, lalu segera menuntun kami keluar dari wahana istana boneka.
Itu sungguh kejadian yang sangat mengerikan seumur hidupku.
Sesampainya di rumah, kami dibuat terkejut saat sebuah berita disiarkan di televisi. Di taman hiburan yang kemarin kami kunjungi telah terjadi pembunuhan. Dan yang lebih mengejutkan, pembunuhan itu terjadi di istana boneka. Di sana ditemukan seonggok mayat yang membusuk. Mayat itu salah satu dari para pengunjung yang menjadi korban.
Mom menggeleng-geleng. “Are u kidding me?”
“Aku pulang!” Aku, Mom dan Paula menoleh ke pintu.
“Dad!” Paula berlari menghampiri Dad.
“Loh? Kenapa sangat sepi?” Dad celingukan, mengabaikan Paula. “Hei, guys! Di mana kalian? Dad pulang!” Dad masuk ke kamarnya. “Christine?” Suaranya memanggil Mom.
“Ke mana mereka semua?” Dad keluar dari kamar. “Paul? Paula?” Dia menaiki tangga.
Aku, Mom dan Paula saling pandang.
Maljum, 21/3/24.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kripik Setan
Horror[Kumpulan Cerita] Rasakan sendiri sensasi pedas asinnya! (ˇò_ó)p ps: harap segera dibaca dan masukin ke library, jangan cuma ditaro di reading list. ntar kalo ceritanya di-unpublish, nangis ... :p © SunVampire Agustus 2019