Wig

16 4 0
                                    

"Ah! Kika-chan, tak apa-apa, kan, kalau antar aku dulu ke toko MoemoeOnna? Aku harus mengembalikan wig ini," ujarku seraya menunjuk wig hitam panjang yang kukenakan.

"Un, daijoubu! Akan kuantar!"

"Yosh! Kamu memang yang terbaik! Arigatou ne!" Aku memeluk lengan Kika, sahabatku yang hari ini menemaniku mengunjungi festival halloween.

Festival itu telah selesai, dan kini kami dalam perjalanan pulang. Tapi, aku harus mengembalikan dulu wig yang kusewa karena aku hanya menyewa untuk sehari. Kika berencana menginap di rumahku, oleh karena itu aku memintanya untuk mengantarku.

Toko itu buka 24 jam khusus hari ini. Sebab saat halloween akan banyak orang yang menyewa kostum untuk festival.

Rembulan menemani langkah kami. Angin dingin bertiup menjilat-jilat kulit yang tak tertutupi kain, bahkan hingga menembus bagian yang tertutupi. Pakaian yang kukenakan sangat tipis, berupa kimono putih. Malam ini aku menjadi yurei, hihi.

Saat tengah berjalan, aku menghentikan langkah tiba-tiba. Perjalanan ini memang cukup melelahkan, tapi aku tak mengira kalau akan berkeringat banyak seperti ini.

"Ada apa, Chika?" Kika yang kini di depanku berbalik. "...!" Dan tiba-tiba dia tersentak.

"Apa kamu punya tisu? Keringatku menetes terus."

" ... Chi–chika," ujarnya terbata.

"Ya? Ada apa?" balasku seraya mengusap dahi.

"I-itu bukan keringat ...."

Gerakanku spontan terhenti. "Eh?"

Kika terlihat menelan ludah sebelum berujar, "Kamu pakai riasan darah? Kenapa baru sekarang?"

"Eh," cetusku bingung. Aku pun membawa tanganku ke depan wajah. "Eeeh???"

Kenapa ada darah? Aku sama sekali tak membawa riasan darah, padahal.

"Ke-kenapa?" Kika bertanya khawatir.

"Kika-chan ...." Aku meneguk ludah. Mataku membola. "A-aku tak pakai riasan darah sama sekali."

Kika tersentak. "Be-benarkah?" Aku mengangguk. "Ka-kalau begitu ...."

Seketika aku berlari ke arah Kika. Lalu memeluk lengannya. "Kika-chan, da-darah apa ini?!" Aku menyembunyikan wajahku di sana.

"Chi-chika, tu-tunggu!" Kika berupaya mendorongku, tapi aku sekuat tenaga tak melepasnya. Maafkan aku, mungkin ini akan membuat kostum Pikachu-nya ternoda. Mau bagaimana lagi, aku takut sekali!

"Kika-chan, darahnya!" Aku berseru saraya meremat pakaian Kika. Darah itu terus mengalir, semakin lama semakin deras.

"Chika, lepas dulu!" Kika menyentak lenganku kencang. Dekapanku pun terlepas.

"Ki-kika-chan ...." Kika mendongak. Pandangannya memindai ke atas, pada jajaran pohon sakura. Aku pun mencoba melihat ke sana. Tapi tak ada apa pun.

Kurasakan cairan terus mengalir di wajahku, hingga wajahku serasa tertutup sepenuhnya oleh cairan itu.

"Chi-chika ... da-darahnya da-dari wig itu ...." Kika berucap seraya tangannya gemetar menunjuk ke arahku.

Aku langsung memegang kepalaku. Basah sekali rasanya.

"Aaah!" Aku menarik wig itu, tapi wig itu tak juga lepas. "A-aaah!" Kujambak-jambak wignya. Tapi, wig itu seperti tertempel di kepalaku! "Ki-kika-chan, ini tak mau lepas!" ucapku frustrasi, menarik-narik wig itu hingga kepalaku menunduk. "Kika-chan, tolong aku!"

Kika berjalan mendekat. "U-uuh!" Dia menarik wigku dengan kuat sampai aku terbawa ke arahnya. Tapi wig itu tetap pada posisinya. "Susah sekali!"

"Tarik yang kuat, Kika-chan! Aku akan menarik kepalaku berlawanan."

"I-iya." Kika menarik wig itu dengan kuat. Aku pun berusaha menarik kepalaku.

"Uuugh!" seruku menahan tarikannya hingga terbungkuk-bungkuk.

"Uuuh!" Kika semakin kuat menarik. Tapi, kemudian gerakannya tiba-tiba terhenti.

"Kenapa berhenti?"

"Kau yang menghentikanku—UWAAAH!!!"

Aku menegakkan tubuh untuk memastikan kenapa Kika berteriak.

"Uwaaah!!!" Aku ikut teriak saat melihat apa yang terjadi.

Aku melihat sepasang tangan mencuat dari kepalaku dan tangan itu menarik tangan Kika!

--
Malming, 7/11/20

Met malming, jombs 👋😃 (nyapa diri sendiri :v)

Kripik SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang