Aku baru pindah di wilayah ini kemarin sore sehingga masih asing dengan lingkungan sekitar. Siang ini, seorang anak laki-laki seusiaku menghampiriku yang sedang berjalan-jalan di sekitar rumah. Chiko namanya. Ia tinggal di rumah di ujung blok.
Chiko mengajakku main ke rumahnya dan aku menyetujui. Yah, dialah teman pertamaku di sini, jadi aku tak mau menyia-nyiakan itu dan mengikutinya ke rumahnya. Sesampainya di rumah Chiko, aku disambut hangat oleh ibunya. Chiko hanya tinggal berdua dengan ibunya, ayahnya telah meninggal dunia, begitupun saudaranya.
Aku bermain video game dan disuguhi camilan serta jus jeruk oleh ibu Chiko. Hampir sejam kami bermain dan kami mulai bosan. Aku pun mengusulkan untuk bermain yang lain. Chiko mengajakku bermain petak umpet dan aku setuju.
Saat hendak mulai bermain, ibu Chiko menghampiri kami. Dia bilang, “Kalian boleh bersembunyi di mana pun di rumah ini, tapi satu hal. Kalian tidak boleh memasuki kamar ujung di lantai dua!”
Setelah mengiyakan larangan ibu Chiko, kami pun bermain. Chiko yang jaga. Aku segera bersembunyi ke lantai dua. Kuhampiri kamar di ujung. Chiko pasti tidak akan bisa menemukanku di sini!
Kebetulan sekali pintu kamar tidak dikunci. Kamar ini gelap dan sangat pengap. Hanya ada kasur, meja, dan sebuah lemari besar. Aku menghampiri lemari dan membukanya. Di dalamnya ada sebuah kotak storage lumayan besar. Aku berniat mengeluarkan kotak itu untuk bersembunyi di dalam lemari. Ketika kutarik kotak tersebut, kotak itu malah jatuh dan tutupnya terbuka sehingga isinya berhamburan.
Aku terdiam seketika.
Tubuhku terasa lemas melihat sesuatu yang berhamburan dari dalam kotak.
Itu adalah tulang belulang dan tengkorak kepala!
Sebuah foto polaroid yang terurai pun mengalihkan perhatianku. Aku mengambil foto itu. Itu adalah potret dua orang anak kembar. Pada bagian bawah foto anak di sebelah kanan tertulis nama Chiko dan yang sebelah kiri Chaki. Namun, satu hal menggangguku.
Anak dengan tompel di dahi kiri hingga ke mata itu adalah Chiko. Akan tetapi, Chiko yang sedang bermain bersamaku saat ini sama sekali tak memiliki tanda lahir itu di wajahnya.
“Ren, aku nyerah!”
Aku menoleh ke pintu. Dari luar kudengar suara Chiko berteriak menyerah. Segera saja aku keluar dari kamar dan menghampiri Chiko di lantai bawah. Aku pun segera pamit pulang padanya.
Semenjak itu, aku tak pernah lagi berkunjung ke rumah Chiko.
--
Maljum, 20/6/24.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kripik Setan
Horror[Kumpulan Cerita] Rasakan sendiri sensasi pedas asinnya! (ˇò_ó)p ps: harap segera dibaca dan masukin ke library, jangan cuma ditaro di reading list. ntar kalo ceritanya di-unpublish, nangis ... :p © SunVampire Agustus 2019