Ramadan membawa berkah. Begitulah kiranya. Apalagi bagi si Johan. Maling yang suka ambil kesempatan dalam kesempitan, persis kayak kata Bang Napi.
Apalagi, saat ini selain karena Ramadan yang penuh berkah, bulan puasa kali ini juga diwarnai dengan kehadiran si kecil korona. Makin besarlah kesempatan buat Johan melancarkan aksinya.
Karena imbauan untuk tidak melakukan salat jemaah di masjid, masjid pun sepi di bulan Ramadan. Akan tetapi, Johan lihat kotak amal masjid itu tetap penuh. Menggiurkan sekali.
Oleh karena itu, malam ini Johan sudah bersiap dengan perlengkapan 'dinasnya'. Ia mengenakan kostum putih dengan riasan wajah putih pula.
Johan melihat marbot masjid sedang tadarus. Ia pun mencoba menarik perhatiannya.
"Hihihihihihi ...."
"Wa iyyatafarroqo-" Marbot masjid itu berhenti membaca alquran. Lantas menoleh ke asal suara.
Dua detik.
Tiga detik.
Lima detik.
"Huaaa!" Kemudian ia lari terbirit-birit meninggalkan masjid.
"Hihihihi ... pergi sono, lu," kata si Johan.
Johan membuka ikatan di kakinya supaya bisa leluasa berjalan. Menghampiri kotak amal yang ada di tengah ruangan masjid. Lalu menggondolnya keluar.
Namun ketika tiba di dekat gerbang masjid, Johan langsung gelagapan. Ia melihat beberapa orang laki-laki berjalan ke arahnya. Baru saja berbalik, seseorang meneriakinya.
"Woi, berenti, lu!" Bukannya lari, Johan malah mengikuti ucapan orang itu.
"Ngapain, lu!" Dengan cepat Johan menyembunyikan kotak amal di balik kain putih yang ia pakai.
"Maling lu, ya!"
"Hihihihi saya pocong, Bang."
"Mana ada pocong di bulan puasa! Jangan ngibul, lu! Sini!" Orang berambut gondrong itu menarik lengan Johan hingga kotak amal yang dibawanya terjatuh.
"Aduh aduh aduh ...." Johan memegangi kakinya yang tertimpa kotak.
"Kan, kualat, lu, fitnah-fitnah pocong," ucap seorang berbaju hijau. "Udah, sikat aja, Bang!"
Laki-laki gondrong tadi mengangkat kepalan tangannya ke arah Johan, diikuti oleh tiga orang lainnya.
"Ampun, Bang, ampun ... Saya terpaksa! Dengerin saya dulu!"
Keempat orang itu berhenti bergerak.
"Saya terpaksa nyolong karna saya ngga punya duit buat berobat," ucap Johan memelas. "Saya kena korona, Bang. Uhuk ... Uhuk ...."
Seketika empat orang itu langsung menjauh.
"Jangan deket-deket saya, Bang. Ntar ketularan. Biarin saya pergi. UHUK UHUK." Batuk Johan jadi makin kencang.
"Woi ... Woi ... Jauh-jauh sono, lu!" ujar lelaki gondrong.
Lama-kelamaan keempat orang itu berjalan mundur hingga melewati gerbang masjid. Ketika Johan sudah sampai di luar, ia berancang-ancang kabur.
"Bang, pake ini aja!" Seorang lelaki berjaket hitam mengulurkan sekumpulan batang bambu kepada tiga orang kawanannya.
Johan panik.
Bak.
Buk.
Bak.
Buk.
Kalian tahu? Manusia itu terkadang lebih kejam daripada korona. Maka dari itu, waspadalah ... Waspadalah!
--
Maljum, 40620.Minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir batin. 🙏
Maap, jarang apdet (˘・_・˘)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kripik Setan
Horror[Kumpulan Cerita] Rasakan sendiri sensasi pedas asinnya! (ˇò_ó)p ps: harap segera dibaca dan masukin ke library, jangan cuma ditaro di reading list. ntar kalo ceritanya di-unpublish, nangis ... :p © SunVampire Agustus 2019