Genangan

20 10 0
                                    

Matahari tengah mengintip saat aku melangkah menuju rumah. Kerja malam pulang pagi, begitulah rutinitasku. Setidaknya jika ada yang memberiku pekerjaan, kalau tidak, aku hanya akan mendekam sendirian di rumah.

Aku mengeluarkan kunci rumah, tetapi anehnya pintu ternyata tak terkunci. Segera saja aku masuk, lalu kudapati ruangan yang gelap gulita. Padahal biasanya aku selalu mengunci rumah dan tak pernah mematikan lampu saat pergi bekerja.

Jantungku berdetak kencang kala memikirian yang tidak-tidak. Susah payah kuteguk ludah. Keringat pun mengucur deras di pelipis.

Kubiarkan lampu tak menyala. Mengendap-endap, aku masuk semakin dalam, ke ruang makan yang menyatu dengan dapur. Dan tak kutemui siapa pun di sana. Lantas aku berbelok ke kiri, menuju kamarku.

Perlahan kubuka pintu, hingga terlihat kamar yang juga gelap. Lalu melangkah lebih dalam untuk mencapai sakelar lampu. Tetapi saat di tengah kamar, langkahku terhenti saat aku menginjak genangan air.

Oh, ini terasa lengket.

Dan ... berbau anyir.

Mengesampingkan tubuh yang seketika bergidik ngeri, kupacu kembali langkah hingga sampai sakelar lampu. Ctak. Seketika ruangan terang. Mataku lantas beralih ke tempat tadi menginjak air.

Namun yang kudapati bukanlah air bening seperti yang kukira. Melainkan cairan merah pekat kehitaman. Itu darah!

"Astaga!" seruku.

Astaga ... Aku lupa membersihkannya.

Semalam setelah menyelesaikan pekerjaanku di sini, aku tergesa-gesa untuk menjemput target demi menyelesaikan kerjaan yang lain. Hingga tak sempat membersihkan darah yang menggenang di lantai. Ah, bahkan pisaunya saja masih ada di dekat sana.

--
Malming, 11120.

Kripik SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang