3. Menyakitkan

2.2K 33 0
                                    

Di dalam kamar lain, Gea baru saja membuka matanya. Ia sempat terkejut karena dirinya kesiangan. Gea melirik jam wekernya dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Jalannya masih begitu tertatih, karena rasa ngilu pada bagian intim bawahnya.

“Semoga Mas Gyan tidak marah, karena aku bangun kesiangan,” gumam Gea seraya membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari shower.

Dengan cepat Gea membersihkan diri, dan beberapa menit berlalu Gea pun sudah selesai dan  keluar dari dalam kamar mandi. Langkahnya terhenti saat tiba-tiba pintu diketuk kasar dari luar.

“Gea,” teriak Gyan.

Rasa takut kembali menggerayangi dalam diri Gea. Tubuhnya pun mulai gemetar, didekapnya tubuh Gea yang masih berbalut handuk. Suara ketukan di pintu semakin kencang, bahkan Gyan masih terus berteriak memanggil namanya.

“Cepat buka pintunya, Gea. Kalau tidak aku akan mendobraknya!”

Gyan kembali berteriak dan membuat keributan hingga Mbok Nijah dan Mang Suaib yang sedang di dapur pun saling pandang.

“Ada apa dengan Tuan Gyan, Mbok?” tanya Mang Suaib.

Mbok Nijah mengedikkan bahunya. “Yo ndak tahu aku juga, Ib. Duh, aku ‘kok jadi kepikiran Nona Gea. Takut Non Gea kembali disiksa Tuan seperti waktu itu,”

Nijah benar-benar sangat khawatir dengan keadaan Gea. Pasalnya memang dia dulu tidak sengaja melihat Gyan memukuli Gea, hanya karena masalah kecil. Saat itu Gea tidak sengaja menumpahkan cangkir berisikan susu dan mengenai tangan Gyan.

Suaib menatap Mbok Nijah dengan sendu dan tak kalah khawatirnya sama wanita itu.

“Kita berdoa saja, Mbok. Supaya tidak terjadi apa-apa pada Non Gea,” ucap Suaib memberi ketenangan pada Mbok Nijah.

Sementara itu, Gea sudah membuka pintu kamarnya dengan tubuh yang bergetar karena takut. Gyan pun masuk ke dalam dengan senyum menyeringai.

Brakk..

Gea semakin terjingkat saat mendengar suara pintu kamar yang ditutup kasar oleh Gyan. Gea yang sejak tadi menunduk pun memberanikan diri untuk menatap Gyan.

“A-ada a-apa, Tuan?” dengan suara sedikit bergetar Gea bertanya dengan sangat hati-hati.

Gyan masih menunjukkan smirk-nya. Lalu, pria itu menaikkan satu alisnya. Sambil berjalan mendekat ke arah Gea, Gyan menelisik penampilan wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Cih, kau sengaja menyambutku dengan penampilanmu seperti ini, hmm?” sinis Gyan.

Gea kembali mengeratkan pelukannya pada tubuhnya seraya menggeleng cepat. “T-tidak, T-Tuan. S-saya memang baru saja selesai mandi,” jawab Gea yang menundukkan wajahnya.

Ia semakin takut dan ngeri melihat tatapan Gyan yang seakan ingin kembali menerkamnya.

Gyan tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Gea. Tangannya dengan cepat menarik tubuh Gea dan mencengkeram lengan wanita itu dengan cukup kencang. Hingga Gea meringis kecil saat merasakan sakit.

“Kau ini benar-benar pandai berakting, hmm. Semalam kau sudah menjebak ku, agar aku menyetubuhimu dan sekarang kau kembali memancingku, hah! Aku tahu kalau kamu memang sengaja melakukannya, kau memanfaatkan keadaanku yang mabuk. Dasar jalang!”

Gea menggeleng kepalanya kembali. “Tidak, Tuan. Anda salah paham,”

Dengan sangat kasar Gyan mendorong tubuh Gea hingga wanita itu meringis akibat benturan di tangan dan kepalanya.

NOT CONSIDERED (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang