41. Cuti

982 12 0
                                    

Berapa hari telah berlalu, Hesty benar-benar menjalankan semua yang diinginkan Gyan yaitu membantu Abyan sampai pria itu benar-benar sehat. Walau sebenarnya memang Abyan sudah pulih dari alerginya, tapi Gyan ingin memastikan kalau kakak sepupunya itu sudah benar-benar pulih. Tambah lagi Abyan mengatakan kalau dirinya akan tinggal di apartemen waktu di rumah sakit. 


Disitulah Gyan merasa kalau Abyan membutuhkan seseorang untuk membantunya dalam pemulihan. Gyan pikir tidak mungkin jika dirinya menyuruh orang lain atau meminta salah satu pekerja dari rumah orang tuanya. Karena Abyan meminta Gyan untuk tidak memberitahukan siapapun terutama orang tua Abyan sendiri. 


Anggaplah Gyan memanfaatkan Hesty yang sempat mengatakan kalau dirinya juga salah dan menyebabkan Abyan masuk rumah sakit. Saat itulah Gyan mulai berpikir alangkah baiknya Hesty saja yang merawat Abyan. Tambah lagi Hesty juga bekerja sebagai sekretaris Abyan. 


Hesty yang diminta untuk menjaga Abyan oleh Gyan pun hanya bisa mengiyakan. Karena Hesty sendiri juga masih selalu menyalahkan dirinya atas sakitnya Abyan. Kemarin Gea dan Gyan datang berkunjung ke apartemen Abyan. Hesty masih merasa tidak enak dengan Gyan, dan juga Gea. Akan tetapi Gea berusaha memberi pengertian bahwa Hesty tidak perlu bersikap tidak enak dengan dirinya maupun Gyan. 


Hari ini seharusnya Abyan datang ke kantor, tapi entah kenapa pria itu malah memilih untuk diam di apartemen dan memilih bekerja di apartemen saja. 


“Tuan, apa kita tidak jadi ke kantor?” 

Akhirnya Hesty bertanya, karena sejak tadi ia bingung dengan Abyan yang malah terlihat santai dan tidak berpakaian formal. Abyan yang sedang sibuk menatap laptopnya pun mendongak dan menatap Hesty. 


“Tidak perlu,” jawab Abyan yang kembali menatap layar laptopnya. Hesty terdiam dan masih bingung harus melakukan apa. Karena sejak kemarin dirinya hanya bekerja dua jam saja. Selebihnya Abyan malah membiarkan dirinya bersantai-santai. 


“Hari ini kamu aku liburkan. Kamu boleh kembali ke rumahmu,” 

Hesty tercengang mendengar ucapan Abyan. Melihat wajah kebingungan Hesty pun kembali berbicara. 


“Pergilah ketempat yang ingin kamu kunjungi. Kamu aku beri hari cuti dua hari,” ucap Abyan kembali. 

“T-Tuan,” 

Abyan tersenyum dan mengangguk. “Aku serius,” kata Abyan kembali. 


“T-tapi aku tidak dipecat, kan, Tuan?” tanya Hesty dengan perasaan takut. 

Abyan tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. “Kamu tidak dengar apa yang aku katakan tadi, hah? Aku memberimu cuti dua hari. Bukan berarti aku memecat kamu,” jawab Abyan yang masih terkekeh kecil. 


Hesty menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Oohh, iya. Maaf, aku pikir kamu…” 

“Sudah, sebaiknya kamu bersiap untuk menikmati hari cuti kamu itu. Jangan sampai aku berubah pikiran,” potong Abyan dengan cepat. 

“Eeh, jangan, dong! Jangan ditarik lagi kata-katanya. Iya, aku akan bersiap. Tapi, apakah tidak apa-apa kalau kamu aku tinggal?” 


Abyan memutar bola matanya malas. “Aku bukan anak kecil, Hesty.” Abyan menghela nafas kesalnya. 


Sementara Hesty hanya tertawa kecil mendengar jawaban Abyan. Ia pun segera bergegas untuk kembali ke rumah kontrakannya. Setelah beberapa menit berlalu, Hesty pun sudah meninggalkan apartemen Abyan dengan menggunakan taksi online yang dipesannya. Padahal Abyan sudah ingin mengantarkannya, namun Hesty langsung menolaknya. Hingga akhirnya Abyan hanya bisa pasrah dengan penolakan Hesty. 


NOT CONSIDERED (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang