43. Pertemuan

528 10 0
                                    

Sepanjang perjalanan Gea dan Elyas sesekali hanya berbicara seperlunya saja. Namun, Gea sedikit curiga saat Elyas membicarakan restorannya dan bertanya soal perkembangan restoran tersebut. Bahkan Elyas meminta Gea untuk tidak menjual restorannya pada orang lain. Jika suatu saat Gea ingin menutup dan berhenti berbisnis. 


“Mana mungkin saya menjual restoran itu, Tuan. Selain tempatnya strategis saya sudah sangat nyaman dengan tempat itu. Tapi, kenapa tiba-tiba saja anda berkata seperti itu, Tuan Elyas? Apakah ada suatu hal yang aku tidak ketahui soal restoran milikku?” selidik Gea sambil memberi tatapan memicing pada Elyas. 


Elyas menoleh dan tersenyum. “Jadi benar, Hans belum mengatakan hal  yang sebenarnya tentang restoran itu.” 

Lagi-lagi Gea kembali dibuat terdiam dan bingung dengan penuturan Elyas. “Maksud anda?” tanya wanita itu dengan bingung. 


Elyas menghela nafasnya. “Apakah Hans mengatakan kalau tempat itu dulunya juga pernah dijadikan restoran?” tanya Elyas pada Gea. 


“Iya, Bang Hans sudah menjelaskan semuanya. Bahkan si pemiliknya pun juga ikut menjelaskan awal mula dia membangun restoran sebagai bisnis keluarganya. Sampai beliau menikah dengan seorang pengusaha dan terpaksa harus menghentikan bisnisnya itu, karena beliau tidak bisa menyerahkan restoran itu pada orang lain. Beliau juga harus ikut dengan sang suami tinggal di Belanda. Itu cerita  yang aku tahu dari si pemilik tempat itu,” Gea menjelaskan semuanya yang ia ketahui tentang sejarah tempat yang kini menjadi restoran miliknya. 


Elyas tersenyum tipis. “Jadi kamu bertemu langsung dengan si pemiliknya?” tanya Elyas lagi dan dibalas anggukan oleh Gea. 


“Siapa nama pemiliknya?” pancing Elyas kembali. 

Gea seperti orang yang sedang berpikir. “Namanya  Tuan Robert, dan beliau waktu itu bertemu denganku karena memang sedang berada di Indonesia,” jawab Gea yang membuat Elyas tertawa. 


Gea mengerutkan dahinya melihat Elyas tertawa seperti itu. “Kenapa anda tertawa, Tuan. Apakah ada yang lucu?” tanya Gea yang bingung. 


Elyas menggeleng dengan cepat, namun masih menunjukkan tawanya. “Tidak, hanya saja aku tertawa saat anda menyebutkan nama Robert.” Geani semakin dibuat bingung dengan ucapan Elyas. Elyas yang melihat kebingungan di wajah Geani pun sangat ingin menjelaskannya. 


“Anda tahu siapa Robert itu?” 


Gea mengerutkan kedua alisnya. “Sudah jelas tadi saya bilang kalau beliau adalah pemilik tempat dimana sudah menjadi restoran milikku,” jawab Gea dengan sedikit ketus.  


Bukannya merasa bersalah, Elyas malah semakin tertawa. “Pemilik aslinya bukanlah Robert. Robert adalah orang  kepercayaan kedua orang tua kami yang memang saat itu sedang ditugaskan ke Indonesia. Aku akan beritahu dan jelaskan siapa pemilik asli tempat itu,” kata Elyas yang membuat Gea tidak bisa berkata apa apa.


“Sebenarnya tempat itu milik Bunda kami yang diwariskan ke Hans. Bukan hanya tempat itu saja yang diberikan oleh kedua orang tuaku untuk Hans. Salah satunya adalah anak perusahaan yang berada di Bandung, dan juga  beberapa  villa di sana. Sebelum Hans siap mengelola perusahaan Robert lah yang membantunya. Kadang saya pun juga ikut turun tangan membantu, Hans hanya sesekali datang untuk pengecekan. Awalnya kami tidak setuju saat Hans mengatakan ingin menjual tempat itu padamu. Karena bagaimanapun juga itu adalah awal mula Bundaku merintis sebuah usaha. Hingga akhirnya beliau bertemu dengan Ayah yang notabene memang seorang CEO yang menjadi langganan di restoran Bunda,” kata Elyas yang membuat Gea cukup tercengang. 


NOT CONSIDERED (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang