48. Empat Puluh Delapan

568 13 1
                                    

Waktu terus berlalu, tidak terasa sudah satu minggu kejadian di rumah Hans. Saat pria itu mengancam Ziva. Ya, sejak ancaman Hans waktu itu. Ziva benar-benar merasa takut pada Hans. 


Sampai saat ini Ziva masih bungkam tentang apa yang dialaminya saat di rumah Hans. Apalagi tentang kedekatan Hans dan Gea. Ziva benar-benar bungkam dan tidak mengadu pada Gyan. 

Hari ini Gea mendapat kabar dari Hesty kalau Vira sudah melahirkan. Awalnya Gea sempat bingung, bagaimana Hesty bisa tahu soal Vira. Namun, dengan cepat Hesty mengingatkan Gea kalau dirinya bekerja sebagai sekretaris Abyan.  Gea hari ini berencana ingin menjenguk Vira. Namun, sampai saat ini perizinannya belum terkonfirmasi oleh sang suami. 


Gea menghela nafasnya saat melihat suaminya hanya fokus pada layar tab-nya. 


“Mas,” panggil Gea sedikit manja. 

Gyan melirik sejenak. “Hmm, kenapa sayang?” tanya Gyan yang kembali fokus pada layar tab. 


Gea mengerucutkan bibirnya. “Mas, yang semalam aku bilang kamu perbolehkan tidak?” tanya Gea dengan sangat hati-hati. 


Gyan terdiam sejenak sebelum ia menatap kembali Gea. Gyan melepas kacamatanya, dan menaruh tab di atas meja. 


“Beri aku alasan kenapa kamu ingin menjenguknya?” 


Gea mengerutkan dahinya sambil mengerjapkan matanya. “Ya, karena dia baru saja melahirkan.  Lagi pula menjenguk orang sehabis melahirkan itu juga dapat pahala, lhoh!” jawab Gea. 


Gyan menghela nafasnya sambil tersenyum tipis. “Aku tahu itu, sayang. Jujur saja aku khawatir kalau kamu pergi untuk menjenguknya di rumah sakit. Aku tidak ingin bermasalah dengan wanita itu lagi. Cukup waktu itu saja aku memiliki masalah dengannya, sampai aku hampir kehilangan kamu. Aku tidak ingin membuka peluang untuk wanita itu kembali masuk ke dalam kehidupan kita,” Gyan berusaha menjelaskan dengan sangat hati-hati. Mengingat mood wanita hamil yang suka berubah-ubah. 


“Tapi, kan aku hanya menjenguknya saja. Bukan  memberikan peluang padanya untuk kembali mendekati kamu,” 


Gyan manggut-manggut. “Iya, aku tahu. Tapi, aku sangat mengenal Vira. Dia akan memanfaatkan apapun itu kondisinya untuk kembali meraih apa yang belum sempat ia dapatkan. Vira itu wanita yang keras kepala dan bisa dikatakan dia juga memiliki ambisi yang cukup besar. Bukannya aku berpikir buruk tentangnya, tapi aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa keluarga kecil kita,” 

Gea terdiam sejenak, seakan sedang berpikir. Dalam hatinya ia membenarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. Gea memang tidak mengenal Vira, tapi kalau diingat-ingat kembali saat ia berhadapan langsung dengan  Vira. Wanita itu terlihat sering memendam kekesalannya dan tidak berani menatap Gea saat itu. 


“Apa dia seperti itu?” tanya Gea dan membuat Gyan langsung mengangguk. 


“Iya, Vira seperti itu.” 

Gyan melihat keraguan di wajah istrinya. “Kamu tidak percaya denganku?” tanya Gyan. 

Gea tersenyum miring seraya mengedikkan kedua bahunya. “Kalau aku percaya sama kamu itu namanya musyrik, Mas. Lebih baik aku percaya sama Allah. Itu lebih aman,” Gea tersenyum dengan sangat lebar sampai deretan giginya terlihat. 


Gyan tertawa mendengar ucapan Gea. “Kamu ini,” dengan cepat pria itu menarik tubun Gea ke dalam pelukannya. 


“Kalau kamu ingin memberi bingkisan untuk anaknya Vira. Kamu bisa titip ke Kak Alex saja,” ucap Gyan. 


NOT CONSIDERED (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang