42. Menemui Elyas

585 7 0
                                    

Setelah drama tengok sang buah hati, Gea kekeh akan memberikan bayarannya malam hari. Membuat Gyan begitu gemas dengan sang istri. 


“Aku akan menghubungi Tuan Elyas,” 

Gea mengangguk dan tersenyum pada suaminya. Gyan hendak berdiri untuk mengambil ponselnya, namun segera ditahan Gea. Tanpa aba-aba Gea mencium bibir Gyan. 

“Aku bayar DP-nya dulu,” celetuk Gea dengan malu-malu. 

Gyan mengulum senyumnya dan kembali mencuri ciuman di bibir istrinya. “Nanti malam aku tagih,” kata Gyan seraya tersenyum. 


Rasanya hati Gyan sangat senang menggoda istrinya. Tambah lagi ia sangat suka saat melihat Gea tersipu malu, dengan wajah sedikit memerah. 


Gyan segera berdiri dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor ponsel  Elyas, yang memang sudah pernah ia simpan. Karena bagaimanapun juga perusahaan milik keluarga Dawson yang ada di Singapore saat ini sedang bekerja sama dengan perusahaan milik keluarga Elyas. 


Gea memperhatikan suaminya yang sedang berbicara melalui ponselnya. Gea menggigit bibir dalamnya, dalam hati ia berdoa agar diberi kesempatan untuk bertemu dengan Elyas. Gea mengerutkan kedua alisnya saat melihat Gyan menghela nafas dan sedikit berdecak kecil  setelah selesai menghubungi Elyas. 


“Ada apa? Apa yang Tuan Elyas katakan?” tanya Gea dengan perasaan khawatir. 

Gyan membasahi bibirnya dengan lidahnya sambil menyugar rambutnya. “Tuan Elyas mengatakan kalau ingin menemuinya sekarang saja. Karena nanti malam dia akan berangkat ke Singapore,” jawab Gyan 


Gea tersenyum, namun berbeda dengan Gyan. Pria itu terlihat sangat murung. “Tapi kenapa muka kamu seperti itu, Mas? Kita akan menemuinya bersama-sama, kan?” tanya Gea dengan kerutan di keningnya. 


Gyan menghela nafasnya. “Apa kita tunda saja menemuinya? Setelah dia kembali dari Singapore,” 

“Memangnya kenapa?” tanya Gea yang masih bingung dengan suaminya yang tiba-tiba berubah pikiran.  Ada secuil perasaan kecewa di dalam hati Gea.


“Kalau hari ini aku tidak bisa menemani kamu. Karena jam setengah dua nanti aku akan meeting dengan divisi pemasaran,” jawab Gyan menjelaskan yang sebenarnya. 


“Terus, bagaimana? Apa aku pergi sendiri saja?” 

“Jangan!” cegah Gyan dengan cepat. 

Gea sedikit terkejut mendengar suara suaminya yang sedikit agak meninggi. Namun, dengan cepat ia memasang wajah datarnya. Gyan meneguk salivanya kasar, lagi-lagi ia berkata dengan nada tinggi dan membuat Gea tidak suka. Gyan merutuki dirinya yang kembali ceroboh. 

Pria itu menampilkan cengiran dengan deretan gigi putihnya. “Ma-Maaf sayang,”lirih Gyan yang membuat Gwa menghela nafas kasar sambil melipat kedua tangannya. 


“Sayang, aku tidak mau kamu kenapa-kenapa. Terlebih kamu menemuinya seorang diri,” kata Gyan dengan sedikit bujuk rayuannya. 


Gea  mengerutkan dahinya sambil memberikan tatapan sinis pada suaminya. “Mas, aku hanya bertemu dengan Tuan Elyas untuk membahas soal Bang Hans. Kenapa kamu malah berpikiran jauh, sih?” kesal Gea pada Gyan. 


Gea menggeleng pelan dengan kelakuan suaminya yang semakin posesif. Sementara di pikiran Gyan saat ini adalah, ia takut kalau nanti Elyas akan terpesona dengan kecantikan istrinya itu. Tambah lagi pesona Gea selama hamil, menurutnya semakin bertambah. Dengan perut membuncit seperti itu membuat Gea semakin seksi. 


NOT CONSIDERED (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang