Malam ini entah kenapa terasa begitu sunyi dan sepi. Gyan dan Gea sudah berada di kamar mereka masing-masing. Namun, diantara mereka sama-sama sulit untuk memejamkan matanya. Gyan sejak tadi sudah berusaha untuk memejamkan matanya, namun bayangan Gea terus menghantuinya. Tambah lagi Gyan tadi tidak sengaja melihat perut Gea yang sudah mulai terlihat membuncit.
Rasanya Gyan sangat ingin mengusap perut Gea dan menyapa anak mereka. Namun, lagi-lagi Gyan harus menahannya karena Gyan tidak ingin membuat Gea risih akan sikapnya.
Sementara itu di kamar Gea, wanita itu pun merasakan hal yang hampir sama dengan Gyan. Gea merasa sang bayi sangat ingin bertemu dengan sang ayah. Gea sangat ingin Gyan mengusap dan mencium perutnya saat ini.
"Oh, baby. Jangan seperti ini, ya. Tidak mungkin Bunda menemui Ayahmu," gumam Gea seraya mengusap perutnya.
Gea merasa gengsi jika harus menemui Gyan dan meminta pria itu untuk mengusap perutnya. Namun, lagi-lagi rasa inginnya itu kembali kuat. Hingga akhirnya Gea memutuskan untuk menemui Gyan. Gea beranjak dari tempat tidurnya dan hendak menemui Gyan di kamar oria itu. Namun, saat ia membuka pintu kamarnya ia dikejutkan dengan sosok Gyan yang sudah berdiri di depan pintu kamar.
"M-Mas," panggil Gea dengan sedikit terkejut.
Gyan tersenyum kikuk. "H-hai, k-kamu mau kemana?" tanya Gyan yang mendadak jadi gugup.
Gea pun bingung mau menjawab apa pertanyaan Gyan itu. Tidak mungkin ia berkata jujur, kalau dirinya ingin menemuinya karena keinginan bayi mereka.
Gyan mengerutkan dahinya saat melihat Gea yang diam sambil meremas ujung piyama yang dikenakannya.
"Gea, ada apa?" tanya Gyan. "Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang kamu inginkan? Atau ada yang kamu rasakan pada perutmu?" Gyan kembali mencecar pertanyaan pada istrinya karena rasa khawatirnya.
Gea mendongakkan kepalanya dan menggeleng cepat. "T-tidak ada apa-apa. H-hanya saja aku..." Gea menggigit bibirnya dan membuat Gyan semakin dibuat gelisah.
Gyan memegang bahu Gea dan menuntunnya untuk masuk ke dalam kamar. Gyan mendudukkan Gea di tepi ranjang dan Gyan sendiri berjongkok dengan dengan satu kaki menahan tubuhnya.
"Katakan padaku apa yang sedang kamu rasakan. Siapa tahu aku bisa membantumu," ujar Gyan dengan lembut.
Gea menatap wajah suaminya, dan lagi-lagi ia menggigit bibirnya. Tentu hal itu membuat Gyan merasa gemas dan harus menahan diri untuk tidak mencium bibir Gea.
"Aku tidak apa-apa," kembali Gea berbohong karena rasa gengsinya.
Gyan menghela nafasnya. Ia pun menggelengkan tangan Gea dengan lembut. "Gea, aku sudah pernah mengatakannya padamu. Apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu dan calon anak kita inginkan, katakan saja padaku. Libatkan aku di setiap momen ngidam kamu. Kamu itu istriku dan dia.." tangan Gyan yang satunya mengusap perut Gea.
"Dia anak kita, yang harus kita jaga bersama. Jadi, apa yang anak Ayah inginkan, hmm?" Gyan mendekatkan wajahnya ke arah perut Gea.
Membuat wanita itu diam dengan perasaan campur aduk. Rasa bahagia, haru dan rindu menjadi satu dalam diri Gea. Gea pun tersenyum bahagia, namun hanya sebentar saja senyuman itu berada di wajahnya. Setelahnya ia harus merasa kecewa, karena Gyan berhenti mengusap perutnya.
Gyan mendongak dan menatap wajah istrinya. Dahinya berkerut saat melihat mata Gea yang sudah berkaca-kaca. Gyan semakin dibuat gelisah dan takut terjadi sesuatu pada Gea. Gyan pun berdiri dan duduk di sebelah Gea.
![](https://img.wattpad.com/cover/365359785-288-k922056.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT CONSIDERED (21+)
Lãng mạn(Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote nya ya geys. Terimakasih 🥰🙏) 💚 Kisah Geani sebagai istri yang kehadirannya tidak pernah dianggap. Bahkan tidak pernah dicintai, karena bayang-bayang sang mantan kekasih suaminya selalu melekat dalam di...