Malam ini Gyan terpaksa harus menjaga Gea di rumah sakit. Tadi Shireen dan Nadeem pamit untuk kembali ke rumah. Kini hanya tinggal Gyan sendirian menemani Gea yang sudah terlelap karena efek samping obat.
Gyan duduk di sofa. Menatap lurus ke arah Gea yang masih memejamkan matanya. Gyan menghela nafas gusarnya, ketika dirinya teringat dengan kejadian sebelum Gea pingsan.
“Kenapa tadi wanita itu ketakutan seperti itu, saat aku mendekatinya?” monolog Gyan dalam hatinya.
“Apa sikap dan perlakuanku padanya selama ini begitu kejam?” gumam Gyan kembali dalam hati.
Gyan mengusap wajahnya kasar saat sekelebatan memori dalam ingatannya. Bagaimana dia sejak awal menikah dengan Gea begitu kasar dan bahkan tidak segan melukai Gea.
Dahulu, seminggu menikah dengan Gea. Gyan melakukan kekerasan pada wanita yang saat ini menjadi istrinya itu. Dimana saat itu Gyan menampar dan menendang kaki Gea.
Semua hanya masalah kecil. Gyan yang tidak suka dengan Gea sejak awal. Malah semakin membenci wanita itu, disaat Gea selalu mencoba untuk menarik perhatiannya.
Kekerasan yang dilakukan Gyan tidak berhenti disitu saja. Bahkan Gyan tidak segan-segan selalu memukul dan menampar Gea, ketika wanita itu selalu mendekatinya.
Gyan menghela nafas beratnya. “Oh, ya Tuhan,” lirih Gyan seraya menyugar rambutnya kebelakang.
Ada rasa menyesal dalam dirinya. Gyan berdiri dan berjalan mendekat ke arah brankar Gea. Ditatapnya kembali wanita yang sudah dinikahinya sejak beberapa bulan yang lalu.
Gyan bingung harus bagaimana. Apakah ia harus menerima pernikahannya dan juga Gea sebagai istrinya? akan tetapi Gyan masih terasa begitu berat. Mengingat ia masih sangat mencintai Vira.
“Maafkan aku. Aku masih belum bisa menerima pernikahan kita. Bahkan aku juga belum bisa menerima dirimu sebagai istriku,” gumam Gyan pelan.
Gyan sempat terhenyak saat melihat tubuh Gea bergerak untuk berpindah posisi. Gyan menghela nafas leganya, karena ia sempat takut kalau Gea akan mendengar ucapannya. Kini posisi Gea sedang membelakangi Gyan. Gyan menatap punggung Gea dengan tatapan yang sulit diartikan.
*
Terdengar suara adzan Subuh berkumandang. Gea mengerjapkan matanya, dan sedikit merenggangkan tubuhnya. Di sisi sofa ada Alex yang juga terbangun karena getaran di ponselnya yang disimpan di saku celananya.
Ya, Alex datang setelah Nadeem menghubunginya dan memintanya untuk membawakan beberapa keperluan Gyan dan Gea. Alex bangun dan melihat sekilas ke arah brankar. Tatapannya bertemu dengan tatapan Gea. Pria itu pun tersenyum, begitu pula dengan Gea.
Alex pun bangun dan menghampiri Gea. “Kamu sudah bangun, mau ke kamar mandi?” tanya Alex yang tanpa dimana mereka berada.
Gea tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku mau ke kamar mandi. Mau ambil wudhu,” jawab Gea.
“Ayo, biar aku bantu.”
Alex mengulurkan tangannya pada Gea, dan disambut oleh wanita itu. Alex membantu Gea ke kamar mandi dan meninggalkan wanita itu sendirian.
Gyan mengerjapkan matanya dan sedikit mengernyit saat melihat Alex berdiri di depan kamar mandi.
“Apa yang sedang kau lakukan, Lex?” tanya Gyan.
Alex menoleh dengan alis yang terangkat satu. “Menunggu istrimu, Tuan. Bagaimanapun juga aku harus menjaganya, karena Nona Gea adalah Nona muda yang harus selalu dijaga. Aku takut Nona muda membutuhkan sesuatu, jadi aku menunggunya disini,” jawab Alex dengan santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT CONSIDERED (21+)
Romance(Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote nya ya geys. Terimakasih 🥰🙏) 💚 Kisah Geani sebagai istri yang kehadirannya tidak pernah dianggap. Bahkan tidak pernah dicintai, karena bayang-bayang sang mantan kekasih suaminya selalu melekat dalam di...