Satu minggu berlalu
Hari yang ditunggu Shireen pun tiba, besok adalah hari dimana keluarga mereka akan mengadakan pesta untuk kelulusan dan kembalinya Ziva ke Indonesia. Selama satu minggu itu, Gyan benar-benar menunjukkan perubahan dalam hidupnya. Pria itu menepati janjinya pada dirinya sendiri. Yaitu, berjanji untuk tetap berada di samping Gea dan selalu berusaha memperbaiki hubungan mereka.
Namun, selama satu minggu itu juga Hans dengan gencarnya mendekati Gea. Bahkan pria itu selalu terang-terangan sudah berani menyatakan cintanya pada Gea.
Seperti kemarin malam, Hans kembali menyatakan cintanya pada Gea. Namun, Gea masih menanggapi pernyataan Hans dengan senyumannya. Karena bagaimanapun juga dirinya masih berstatuskan istri Gyan. Jadi, Gea tidak ingin terburu-buru membalas perasaan Hans terhadapnya.
Gea sebenarnya juga tidak ingin terlalu memberi harapan pada Hans. Karena jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam. Gea masih sangat mencintai Gyan. Namun, semuanya Gea pendam sendiri dan tidak ingin orang lain bahkan Gyan sendiri tahu akan perasaannya yang sebenarnya.
Kedua orang tua Gyan masih belum mengetahui kalau Gea memiliki sebuah toko kue dan juga restoran. Karena bagi Gea itu hal yang tidak harus diberitahu. Mengenai perceraian antara dirinya dan Gyan, mereka sudah sepakat akan membicarakan hal tersebut seusai pesta kelulusan Ziva.
“Kenapa kamu masih disini? Bukankah kamu seharusnya ada di rumah mertua kamu,”
Lamunan Gea buyar saat mendengar suara Hans. Gea tersenyum dan menggeleng pelan.
“Nanti malam aku baru kesana,” jawab Gea.
Hans pun bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri meja Gea, lalu bersandar di meja tersebut. “Apakah ada sesuatu hal yang sedang kamu pikirkan?” tanya Hans sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Gea menggeleng. “Tidak ada,” jawabnya seraya menghela nafas.
Hans menaikkan satu alisnya. “Kamu yakin?” tanyanya yang masih curiga.
Gea mengangguk. “Sangat yakin.” Hans tersenyum miring mendengar jawaban Gea. Ia tahu kalau ada suatu hal yang membebani pikiran wanita itu.
“Tapi, aku tidak percaya.” Cetus Hans.
Gea menatap lekat teman lamanya itu. “Apakah wajahku terlihat banyak sekali masalah atau beban?” tanya Gea dengan mendongakkan wajahnya.
Hans mengerutkan dahinya. “Kelihatannya banyak sekali,” sahut Hans yang membuat Gea tertawa. Wanita itu pun menggeleng kepalanya. “Sok tahu,” celetuk Gea yang masih tertawa.
Hans pun ikut tertawa kecil, ia senang dapat sedikit menghibur Gea. “Teruslah kamu tertawa dan tersenyum Gea. Karena itu adalah obat rindu untukku padamu, dan itu juga sudah membuat hatiku senang saat mendengar suara tawa dan melihat senyum manismu itu.”
“Gombalan maut,” dengus Gea sambil terkekeh.
“Iiihhh, aku lagi nggak menggombal. Itu seriusan aku merasakan hal seperti itu,” sahut Hans yang sedikit tidak terima mendengar tuduhan Gea.
Hans melirik ke arah Gea yang masih tertawa. “Kamu beneran yakin lagi nggak ada yang kamu pikirkan?” selidik Hans.
“Iya, sangat yakin. Lagi pula kalau aku ada masalah pasti juga akan cerita sama Abang,” jawab Gea.
Han menghela nafasnya. “Oke, kalau kamu benar-benar tidak ada masalah. Tapi sarankan, kalau di kepalamu terlalu banyak beban berat. Sebaiknya kamu jual saja kepalamu itu, siapa tahu laku dan terjual mahal.” Gea melotot mendengar ucapan Hans.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT CONSIDERED (21+)
Romance(Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote nya ya geys. Terimakasih 🥰🙏) 💚 Kisah Geani sebagai istri yang kehadirannya tidak pernah dianggap. Bahkan tidak pernah dicintai, karena bayang-bayang sang mantan kekasih suaminya selalu melekat dalam di...