45. Empat Puluh Lima

671 13 0
                                    

Sabtu pagi ini begitu cerah. Membuat Gea bersemangat menjalani hari liburnya. Gea sudah menyusun rencana hari ini. Jam 10 dia akan ke restoran, lalu menjelang sore ia akan menjenguk Hans di rumah sakit sesuai janjinya kemarin pada pria itu. 

Awalnya Hans sempat menghubungi Gea dan meminta Gea datang pagi ini. Namun, Gea mengatakan tidak bisa karena harus ke restoran untuk menyelesaikan pembukuan yang kemarin belum ia kerjakan. 


Mau tidak mau Hans mengiyakan dan akan menunggu Gea di rumah sakit. Sarapan sudah siap, kini Gea dan Gyan sedang menikmati makanan mereka sambil berbincang-bincang kecil. 


Setelah selesai Gyan memilih duduk di pendopo yang ada di taman belakang. Pendopo yang sengaja Gyan buat untuk mereka bersantai-santai. Walaupun tidak sebesar pendopo di rumah kedua orang tuanya. Tetapi, tempat itu begitu nyaman. 


“Mas,” 


Gyan tersenyum saat melihat istrinya datang sambil membawa nampan berisi teh dan susu ibu hamil. Dengan sigap Gyan membantu membawakan nampan tersebut dan meletakkannya di atas meja. 


“Ponselmu sejak tadi berbunyi terus,” kata Gea seraya menyerahkan ponsel milik suaminya. 


“Terima kasih, sayang.” Gyan pun mengambil ponselnya dari tangan Gea. 


Gyan menepuk sisi sofa sebelahnya, Gea pun duduk di sebelah sang suami. Gyan melihat ponselnya, dan ada beberapa notifikasi email dan pesan dari berbagai aplikasi. Gea sempat melirik ke arah ponsel Gyan, namun hanya sekilas saja. Wanita itu memilih untuk menikmati susu coklat miliknya. 


Gea dapat mendengar suaminya berdecak kesal. Ia pun mengerutkan dahinya. “Ada apa, apa ada masalah?” tanya Gea. 

Gyan menghela nafasnya. “Lihatlah, wanita itu mengirim pesan menggunakan nomor lain.” 


Gea yang masih bingung pun segera mengambil ponsel suaminya. Dahinya semakin berkerut saat membaca pesan dari seseorang yang dikenalnya. Gea tersenyum sinis saat membaca pesan teks yang dikirim orang itu untuk suaminya. 


Gyan, apa kabar? Ini aku Vira. Kemarin aku tidak sengaja bertemu dengan istrimu dan Mas Abyan. Berhati-hatilah dengan mereka, jangan sampai mereka berdua  bermain gila di belakangmu. 


“Dia pikir aku akan terkena dengan hasutan darinya? Cih, kekanakan sekali. Caranya sangat rendahan,” celetuk Gyan.


Gea tersenyum sambil mengusap lengan suaminya. “Pesannya mau dibalas?” tanya Gea.

“Tidak usah. Kalau dibalas yang ada dia malah semakin besar kepala,” jawab Gyan. 


“Hmm, terserah kamu saja. Palingan dia sedang kesal karena kamu tidak segera membalas pesannya,” 


“Biarkan saja Vira kesal dan marah. Toh, yang rugi pun dia bukannya kita.” Gyan tertawa membuat Gea hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. 


“Dosa, loh!” sindir Gea. 


“Yang dosa itu dia, bukan kita. Dia yang sudah memiliki niat untuk membuat kita salah paham. Tapi dia tidak berhasil,” Gyan mengelak dan tidak ingin disalahkan. 


Gea tertawa dan begitu pula dengan Gyan. Keduanya sudah tidak ingin terlalu ambil pusing dengan apa yang disampaikan orang lain tentang mereka berdua. Apalagi sekarang ini Gyan dan Gea sudah berkomitmen untuk saling percaya dan selalu bercerita apapun yang mereka alami atau mereka rasakan. 


“Bagaimana dengan Ziva, Mas? Apakah dia sudah mulai bekerja di perusahaan?” tanya Gea. 


Gyan mengangguk. “Sudah, dan Alex juga selalu membantunya.” 


NOT CONSIDERED (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang