9. Gemetar

1.5K 27 0
                                    

Gea berdiri di dekat pintu, ia bingung harus tidur dimana? Kalau kemarin ia tidur sambil menemani Gyan di kasur, karena Gyan sedang sakit dan pria itu tidak akan bisa menolak keberadaan Gea. Namun, malam ini jelas berbeda. Karena saat ini Gyan terlihat sudah sedikit lebih baik, dan pria itu saat ini sedang berkutat dengan tab miliknya. 

Gyan melirik sejenak kearah Gea yang masih berdiri seperti patung. Pria itu pun menghela nafasnya. 

“Apa kau akan berdiri terus di sana?” tanya Gyan tanpa melihat Gea dan tetap fokus pada layar tab-nya. 

Gea semakin gugup, lalu ia berjalan sedikit mendekat ke arah tempat tidur. Rasanya sangat ragu untuk bertanya pada Gyan. Gea tidak ingin kembali membuat Gyan kesal atau marah padanya dan melakukan kekerasan padanya seperti waktu itu. Terlebih Gea sudah tahu kalau dirinya saat ini sedang berbadan dua. 

“Mm, M-as, eh, Tu-Tuan,” Gea semakin meremat jemarinya. 

Tatapan Gyan kembali membuatnya takut dan gemetar. Kejadian dimana Gyan dulu pernah memukulnya kembali terlintas dalam benaknya. Gyan mengernyitkan kedua alisnya saat melihat Gea hanya menunduk dengan tubuh yang semakin gemetar. 

“Gea,” panggil Gyan. 

Gyan berdecak kesal ketika Gea tidak menggubris panggilannya. Dengan sangat kesal pria itu menaruh tab miliknya dengan cukup kasar di atas kasur. Lalu ia pun berdiri dan menghampiri Gea. Gyan sedikit terkejut saat melihat dengan begitu jelas tubuh Gea yang gemetar. 

“Gea,” panggil Gyan kedua kalinya. 

“J-jangan mendekat, T-Tuan.” Gea mengatupkan kedua tangannya di depan dada. 

“A-aku minta maaf,” 

Gyan tergugu mendengar ucapan Gea, hatinya mencelos begitu saja saat melihat wajah Gea sudah bawah dengan air mata. Tambah lagi warna pucat di wajah cantik itu begitu ketara. 

“Ada apa denganmu, Gea?” tanya Gyan yang masih kebingungan. 

Gyan pun tetap mendekat, ia tidak peduli dengan apa yang barusan dikatakan Gea. Gea semakin berjalan mundur saat melihat Gyan mendekat. 

“Ampun, Tuan. A-aku minta maaf. Jangan pukul aku lagi,” mohon Gea dengan suara bergetar. 

Gyan kembali tertegun mendengar perkataan dan sikap Gea yang seperti ketakutan terhadapnya. Gyan merasa hatinya teriris melihat apa yang terjadi pada Gea. Gyan semakin mendekat dan entah kenapa ia sangat ingin memeluk wanita itu. 

Tubuh Gea masih gemetar, dan Gyan dapat merasakan itu di dalam dekapannya.  Ya, Gyan kini telah memeluk tubuh Gea yang gemetar karena rasa takutnya pada Gyan. 

“Tenanglah, Ge. Aku tidak akan melukaimu,” ucap Gyan seraya mengusap punggung Gea. 

“M-maaf,” jawab Gea terdengar begitu lirih dan terdengar seperti sebuah gumaman. 

Gyan semakin dibuat panik ketika tidak ada respon dari tubuh Gea. Gemetar wanita itu sudah tidak ada lagi, akan tetapi  Gyan merasakan tubuh Gea yang semakin melemah. 

“Ge. Gea!” pekik Gyan. 

Gea pingsan, tangan Gyan terus menepuk-nepuk pipi Gea. Namun, wanita itu tidak merespon. 

“Sial, kenapa dia pingsan seperti ini?” gumam Gyan seraya mengangkat tubuh Gea. 

Gyan menggendong Gea ala bridal style dan membawanya ke tempat tidurnya. Lalu ia keluar untuk memanggil Shireen. 

Gyan mengetuk pintu kamar tamu yang berada di sebelah kamar Gea yang biasa wanita itu tempati. Nadeem membuka pintu dan mengerutkan dahinya saat melihat wajah Gyan yang terlihat  panik. 

NOT CONSIDERED (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang