15. Too curious

63 14 2
                                    

Amaya mengambil dua cangkir kotor dari atas meja yang baru saja ditinggalkan pemiliknya. Setelah menaruhnya di atas nampan, Amaya pun langsung bergerak menuju ke dapur untuk dicuci oleh Sean selaku 'ahli cuci piring' di kafe ini. Ya, tidak ada yang salah dengan deskripsi tersebut, pun bukan sebatas melebih-lebihkan semata. Nyatanya, Sean memang ahli dalam hal percuci-piringan.

Yah, meskipun dia tidak seniat itu membantu kafe, tapi harus Amaya akui kalau hasil cuci piring Sean itu tidak buruk sama sekali. Pokoknya semua gelas, piring dan sejenisnya tersebut dijamin kinclong di tangan Sean. Lumayan, masih ada satu keahlian yang bisa Sean banggakan diantara hidupnya yang super unfaedah tersebut.

Saat Amaya melewati rak etalase, ia pun dibuat kebingungan lantaran mendapati Rin yang terdiam di belakang rak tersebut dengan raut muka cemberutnya. Tidak biasanya wanita cantik itu memasang ekspresi seperti itu apalagi saat kafe masih dalam keadaan buka di mana seharusnya Rin akan terus memasang raut wajah ramahnya agar para pengunjung tidak kabur.

Amaya pun berjalan memutari rak etalase tersebut untuk menghampiri Rin, "Kenapa Kak? Sakit?" Tanya Amaya, karena hanya kemungkinan semacam itulah yang terpikirkan dikepala Amaya yang mungkin membuat Rin sampai memasang raut cemberutnya seperti itu.

Amaya semakin dibuat keheranan ketika Rin tidak menanggapi pertanyaannya. Sepertinya Rin setengah melamun di sana. Lihat saja bagaimana tangannya yang mengelap kaca etalase tapi tatapannya terlihat kosong. Amaya pun langsung memeluk nampan ditangannya, lalu menggunakan tangannya yang bebas untuk dia kibaskan di depan wajah Rin.

Rin pun mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali terlihat terkejut karena tindakan Amaya tersebut, sebelum kemudian ia menoleh ke arah Amaya. "Kenapa Dek?" Tanyanya kebingungan.

Amaya menggelengkan kepalanya pelan, "Gue yang seharusnya nanya sama  Kak Rin. Kakak sakit ya sampe daritadi kelihatan cemberut gitu. Kalau sakit, nggak papa loh Kak, gue yang jaga kasir" ujar Amaya. Meskipun dia tidak secekatan Rin ketika memegang meja kasir, tapi paling tidak Amaya tahu cara menggunakan mesin kasir. Tentu saja sedikit-sedikit diajari oleh Rin ketika ada waktu senggang. Jadi Amaya cukup pede menggantikan Rin jika memang sangat diharuskan.

Rin menggelengkan kepalanya sekali, "enggak kok" jawabnya dengan lemah.

Amaya menelengkan kepalanya ke sisi kirinya dengan kedua mata bulatnya yang tertuju pada Rin, menatap kebingungan wanita cantik yang lebih tua darinya tersebut. "Terus kenapa?" Tanya Amaya penasaran bukan main.

Rin mendengus pelan, lalu ia melirik ke sisi kanannya ke arah seorang pria dewasa yang berdiri di belakang meja bartender dan sibuk dengan urusannya. "Lagi kesel sama Mas Dean dan Mas Galih"

Sontak saja Amaya mengerutkan keningnya kebingungan karenanya. Ah bukan, Amaya tahu kok siapa itu Galih karena beberapa kali Amaya harus mengantarkan pesanan Galih ke tokonya atau terkadang juga Galih yang mampir kemari. Hanya saja kan setahu Amaya, mereka berdua itu kelewat akrab apalagi Rin dan Dean, lalu kenapa sekarang Rin kesal pada mereka berdua? Kejadian yang benar-benar langka.

"Kok bisa kesel Kak?"

Rin mengalihkan atensinya pada Amaya. Dia pun bergeser mendekati Amaya, memajukan kepalanya ke depan untuk membisikkan sesuatu di depan telinga Amaya, "mereka tadi ketawa-ketawa sambil liatin aku, pas aku tanya katanya urusan laki-laki. Kayanya nih mereka lagi ngomongin cewek deh. Mereka berdua kan sama-sama buaya darat" katanya, berbicara agak ketus.

Kejadian beberapa menit yang lalu membuat Rin penasaran bukan main. Seandainya saja Dean tidak tersenyum semanis itu ketika mengobrol bersama Galih, mungkin Rin tidak perlu merasa overthinking begini. Iya, karena Galih yang tidak mau memberitahu Rin soal pembicaraan mereka, alhasil sejak beberapa menit yang lalu Rin terus menebak-nebak sendiri. Sampai akhirnya beberapa kesimpulan yang ia ambil membuat Rin kesal sendiri. Contoh kesimpulan tersebut ya yang dia ucapkan pada Amaya tadi.

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang