45. Rindu yang tak tersampaikan

41 10 5
                                    

Sean menggulirkan bola matanya ke depan, melirik Dean yang kelihatan fokus menyetir di depan sana sembari sesekali mengobrol dan bercanda tawa bersama Rin. Biasa lah, pasangan yang kembali kasmaran karena telah sama-sama saling mengutarakan perasaannya itu memang kadangkala menganggap kalau dunia ini hanya milik berdua, yang lain sih hanya menumpang.

Baiklah, cukup sudah, Sean hanya sedang melebih-lebihkan saja. Nyatanya, bersatunya mereka tidak memberikan perubahan ke arah yang negatif dalam hidup Sean. Dean tetaplah menjadi Kakak yang super perhatian dan selalu ada untuk Sean. Justru sejak saat itu, Sean seolah memiliki Kakak baru yang tidak kalah perhatiannya dengan kakak kandungnya sendiri.

Ya, Rin.

Memang sih dari dulu itu Rin terkenal sebagai wanita yang super perhatian. Hanya saja Rin selalu membatasi dirinya sendiri untuk tidak bertindak seberlebihan itu karena status 'sebatas karyawan dan bos' yang sempat tercipta antara dirinya dan Dean. Namun setelah resmi menjalin kasih, sejak saat itulah, batasan tersebut menghilang dalam sekejap dan Rin jauh lebih terang-terangan menunjukkan segala sikap selayaknya seorang kakak pada Sean.

Kembali lagi pada keadaan di dalam mobil.

Sementara Dean dan Rin sibuk mengobrol, Desi dan Cia justru tertidur pulas di sana sejak lima belas menit yang lalu. Tentu saja kelelahan, karena sejak mereka berangkat, Cia terus menanyakan banyak hal yang dia lihat sepanjang perjalanan mereka pada Desi, dan Desi pun dengan sabar menjawab semua pertanyaan Cia. Malah pertanyaan yang delapan puluh persennya tidak penting itu selalu dijawab dengan sangat antusias oleh Desi. Tipikal ibu-ibu yang malah senang anaknya menjadi super cerewet.

Sementara Sean?

Jangan tanya sedang apa dia sejak tadi.

Tentu saja sedang meratapi segala kecanggungannya yang notabenenya harus duduk berhimpitan bersama Amaya.

Sean tahu sih, ini semua pasti ulah Mas-nya yang sengaja tidak memberitahukan kepadanya bahwa Amaya sebenarnya merubah keputusannya dan memilih ikut serta dalam acara liburan mereka ini, begitupun dengan Desi. Karena sumpah, Sean tidak tahu sama sekali bahwa Desi dan Cia menjadi bagian dari acara liburan ini juga. Sean pikir hanya Rin yang notabenenya  karyawan kafe yang bisa ikut serta berlibur bersama mereka.

Kalau ditanya apakah Mas-nya berhasil membantu dirinya seperti yang ia ucapkan tempo lalu, maka Sean akan jawab 'iya'.

Mas-nya memang berhasil mempertemukan Sean bersama Amaya yang mendadak lost contact karena pesan tanpa balasan dari Sean tempo lalu. Tapi kalau ujungnya dia harus terjebak dalam situasi yang malah jadi secanggung ini, Sean lebih memilih bertemu dengan Amaya dengan cara datang sendiri ke rumah Amaya dan membawakan satu gerobak bunga untuk bisa mendapatkan maaf Amaya. Meskipun Sean tidak tahu kapan dia akan melakukan ide tersebut, sebab nyalinya belum sampai ke titik tersebut.

Yang jelas fakta bahwa dirinya dipaksa duduk berdampingan bahkan berhimpitan disaat mereka belum saling berbicara satu patah kata pun rasa-rasanya berhasil membuat acara liburan ini jauh lebih hancur dimata Sean maupun Amaya.

Ayolah, Amaya bukan saja bersikap dingin padanya, dia bahkan betah membuang muka ke arah lain hanya demi tidak saling beradu pandang dengan Sean. Amaya juga bahkan memilih untuk tidak bersandar pada sandaran kursi mobil sejak mobil melaju karena akan membuat bahunya bersandar dengan bahu Sean. Kelihatan sekali kalau Amaya tidak sesudi itu bersentuhan dengan tubuh Sean.

'Dikata gue sampah apa ya. Jijik bener kayanya Amaya sama gue. Padahal sekelas buaya juga makhluk hidup pan' batin Sean tidak habis thinking lagi. Padahal dulu saat awal-awal mereka bermusuhan karena tragedi 'salah bos pas wawancara', Amaya tidak sampai bersikap seperti ini juga. Dia masih memperlakukan Sean selayaknya manusia unfaedah semata. Paling tidak dia dimanusiakan oleh Amaya kan. Tidak seperti sekarang ini.

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang