03. Pangeran Pencuci Piring

125 19 3
                                    

---2024---

Seorang pria berseragam SMA dengan rambut  hitam legam berponi, hidung mancung juga rahang tegas yang memberikan kesan tampan untuk remaja seusianya tersebut tampak berjalan menuruni undakan tangga, turun dari lantai dua bangunan ini sembari menggaruk kepalanya yang gatal. Area lantai dua memang menjadi area terlarang atau bisa dikatakan area pribadi di kafe ini sehingga tidak seorangpun boleh masuk ke area tersebut selain pegawai dan pemilik kafe ini. Maka, sudah bisa dipastikan bahwa pria berseragam SMA itu bukanlah pengunjung kafe ini, melainkan bagian dari kafe ini. Peran tetapnya di sini adalah sebagai pencuci piring, setelah sebelumnya dia menjadi alumni relawan pembantu kakaknya menutup kafe tiap malam.

Tentu saja peran tersebut tidak benar-benar ia terima. Karena menurutnya peran terbaik yang seharusnya menjadi miliknya adalah 'adik dari pemilik kafe' yang kerjaannya ongkang-ongkang kaki dan meminta jatah jajan pada penjaga kasir. Hanya saja dunia terlalu keras untuk mewujudkan keinginannya. Jadi yah mari kita saksikan saja bagaimana hati dan keadaan tidak sejalan di keseharian remaja berusia tujuh belas tahun tersebut.

Sampai di lantai satu, ia langsung  disambut oleh keramaian kafe. Semenjak coffee shop Kakaknya berubah menjadi sebuah kafe yang menyediakan berbagai menu, pengunjung mulai semakin ramai mengunjungi kafe ini. Dan setelah mereka mencicipi kopi buatan Kakaknya, mendadak mereka menjadi pelanggan di kafe ini. Entah ada jampi-jampi dari Kakaknya atau memang pada dasarnya tangan Kakaknya seajaib itu dalam meracik kopi, yang jelas ia kecewa dengan perubahan ini. Bukannya apa-apa, bersamaan dengan ramainya pengunjung kafe, ia pun mendadak menjadi babu kafe yang mengurus bagian percuci-piringan. Tercatat, debut pertamanya itu pada tahun lalu. Pencapaian terburuk memang!

Di tengah keramaian yang tidak begitu menyenangkan ini, ia menemukan satu objek yang menarik. Ya, seorang anak perempuan berusia lima tahun yang rambutnya dikepang dua dengan poni tipis yang menutupi dahinya. Anak itu masih memakai baju TK-nya juga sepatunya, hanya saja tidak ada tas yang melekat dipunggungnya. Itu pun sudah cukup menjadi pertanda bahwa sejak pukul sebelas siang anak itu ada di kafe ini. Dan sekarang ia kelihatan sibuk menatap deretan kue yang tertata cantik di meja etalase di kafe ini. Letaknya ada di dekat meja kasir dan meja bartender.

"Cia" panggilnya heboh sembari berlarian menghampiri anak perempuan itu.

Merasa namanya dipanggil, anak itupun menoleh ke arah sumber suara. "Om Sean" pekiknya dengan raut muka antusiasnya. Namun alih-alih menghampiri pria berseragam SMA yang ia panggil Sean tersebut, ia justru berlari menjauh dari Sean, berusaha menghindarinya. Dia bahkan bersembunyi dibalik tubuh beberapa pengunjung yang memenuhi kafe.

"Aduh aduh Cia jangan lari-larian di sini" ucap seorang pelayan wanita dengan ciri khas rambutnya yang dikuncir jatuh ke belakang dan poni yang menutupi kedua alisnya. Dia terlihat panik bukan main melihat anak berusia lima tahun itu berlarian di sekitar kafe yang sedang ramai.

Anak bernama Cia tersebut menoleh ke arah sumber suara, "Om kejar Cia. Tante Rin tolong" teriaknya dengan heboh sembari bersembunyi dibalik tubuh pelayan bernama Rin tersebut yang notabenenya sedang membawa nampan berisikan dua cangkir kotor.

Rin mengerutkan keningnya dalam-dalam, terlihat frustasi mengetahui bahwa Cia berlari karena sengaja dikejar Sean. Rin pun langsung melirik tajam ke arah Sean, meskipun lirikan tajam Rin tidak menyeramkan sama sekali di mata Sean. Habisnya Rin itu memiliki wajah kelewat manis bercampur imut, dan lagi Sean mengenal Rin sudah cukup lama, cukup untuk tahu bahwa wanita yang berusia lebih tua enam tahun darinya itu paling tidak bisa yang namanya marah. Ajaib memang, di tengah maraknya kaum hawa yang berubah menjadi maung, Rin malah tetap setia menjelma menjadi kucing putih yang menggemaskan.

"Sean jangan ngerusuh gitu dong. Kamu mah pulang cepet tuh bukannya bantuin Kakak sama Mas, malah sibuk jahilin Cia" yah begini, paling banter Rin hanya akan melontarkan gerutuannya sampai mulutnya berbusa. Ngomong-ngomong hari ini Sean memang pulang lebih cepat karena ada rapat guru yang dilaksanakan secara mendadak. Berkah di hari Senin.

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang