"Selamat menikmati" ucap Rin selepas menyajikan pesanan meja nomor tujuh berisikan sepotong red velvet cake, dua croissant, satu ice taro latte dan hot caramel macchiato.
Rin melemparkan senyuman ramahnya sekilas pada dua pelanggannya tersebut sebelum dia beranjak kembali mengisi meja kasir. Rin menaruh nampan yang dia gunakan untuk mengantar pesanan tadi ke bawah meja.
Sembari merapikan mejanya, atensi Rin tertuju pada pintu kafe yang tertutup rapat. Cahaya oranye khas senja mulai pudar sepenuhnya ditelan oleh kegelapan. Menandakan sudah selama itu Desi keluar dari kafe dengan alasan ingin mengantarkan makanan untuk Cia.
Seingat Rin itu Desi meminta bantuan jasa ojek online karena motor Desi sendiri masih harus menginap di bengkel. Tapi kenapa Desi selama itu berada di luar, seolah dia sendiri yang mengantarkan makanan langsung pada Cia. Mustahil rasanya. Sebab Desi saja tahu keadaan kafe itu sedang ramai-ramainya. Terlebih Sean dan Amaya belum juga datang ke kafe sampai detik ini tanpa keterangan yang berarti. Desi tidak akan setega itu meninggalkan Rin dalam kesibukan ini.
"Mbak saya mau bayar pesanan saya tadi"
Atensi Rin pun langsung tertuju pada seorang wanita di seberang meja, yang mana merupakan pelanggan kafe yang berniat membayar pesanannya.
"Oh iya" balas Rin dengan ramah. Dia mengotak-atik mesin kasirnya sembari berbincang santai dengan pelanggannya tersebut.
"Terimakasih Mbak"
"Terimakasih kembali" Rin menganggukkan kepalanya sembari melemparkan senyuman manisnya.
Tepat setelah pelanggan tersebut benar-benar keluar dari kafe, Rin menghela napasnya panjang. Kemudian dia menoleh ke arah Dean yang hari ini benar-benar dibuat keteteran oleh banyaknya pelanggan. Keringat bahkan membasahi dahi Dean sampai poni rambutnya basah. Inginnya sih menyekanya langsung, tapi mana mungkin sih Rin berani melakukannya apalagi sekarang Dean dalam mode serius seperti itu.
Ya, selama inikan Dean selalu mengemas rayuan dan sikap manisnya ke dalam candaan. Sampai akhirnya berhasil membuat Rin ragu pada perasaan sebenarnya yang Dean rasakan padanya.
"Mas"
Dean menoleh ke arah Rin. Raut seriusnya berubah dalam sekejap, berganti menjadi raut wajah tenang khas Dean. Memang pria itu paling pandai mengatur ekspresi wajahnya.
Dean melemparkan senyuman tipisnya, "kenapa?"
"Ini Mas, Mbak Desi kok belum balik juga ya Mas? Padahal tadi izinnya cuma sebentar loh"
Dean menoleh ke arah pintu kafe, melihat area di luar sana yang hampir gelap sepenuhnya. "Iya ya. Sean dan Amaya juga nggak ada kabar sampe sekarang" gumamnya penuh tanda tanya.
Rin menganggukkan kepalanya dengan tegas. Perihal Sean dan Amaya juga sebetulnya dia merasa cukup penasaran. Kalau untuk Sean sih sebenarnya dia sudah terbiasa pulang terlambat agar terhindar dari tugasnya untuk membantu kafe. Tapi Amaya? Tidak biasanya dia absen tanpa izin seperti itu. Mungkin Rin bisa saja berasumsi bahwa Amaya sakit. Tapi kan paginya dia sempat membicarakan hal yang serius dengan Amaya, dan Amaya kelihatan baik-baik saja. Rin benar-benar penasaran apa alasan Amaya tidak masuk kerja hari ini.
Dean menghela napasnya panjang, "ya udah Rin, Mas coba hubungi mereka dulu ya" ucap Dean memutuskan. Toh, kafe sudah tidak seramai sebelumnya karena sekarang sudah memasuki waktu petang, paling-paling pelanggan akan berdatangan kembali sekitar jam tujuh malam.
Dean melepaskan apronnya lalu menaruhnya ke atas meja barista. Dia segera berjalan memutari meja berniat untuk mengambil ponselnya di lantai atas untuk menghubungi Sean, Desi dan Amaya. Ketiganya benar-benar menghilang di waktu yang hampir berdekatan, bahkan Sean dan Amaya menghilang di waktu yang bersamaan. Membuat Dean khawatir saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/361157394-288-k233765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Attakai Café (✓)
Fanfiction(Completed) Local Fanfiction - Short Chapter Cast : Hoshi, Sunghoon, Yerin, Chaehyun Romance | Daily Life | Santai | Comedy ATTAKAI CAFÉ Halo! Salam 'hangat' dari kami. Kafe kami tersedia berbagai minuman dan juga kue-kuean. Buka setiap hari. Pu...