44. Rencana Liburan

34 8 0
                                    

Dean memasukkan kotak berisikan makanan yang sudah jadi juga bahan makanan ke dalam kabin belakang mobil milik Galih. Dia juga menaruh tas selempang miliknya yang berisikan pakaian dan peralatan mandi ke dalam sana karena memang tidak akan ada space lain untuk Dean menaruh benda pribadinya tersebut. Meskipun begitu, Dean yakin barang pribadinya akan aman disimpan di sana selama perjalanan.

"Rin" panggil Dean, membuat wanita dengan ciri khas rambut yang sengaja dikuncir jatuh dan poni yang menutupi kedua alisnya tersebut segera beranjak dari posisinya menghampiri Dean.

Sejak tadi Rin sebenarnya berdiri tidak jauh dari posisi Dean sembari memeluk tas ranselnya, namun atensi Rin benar-benar terpaku sepenuhnya pada sosok pria yang berjongkok di depan pintu kafe sembari memainkan ranting kayu. Raut wajahnya terlihat malas sekali, bahkan terlihat seperti manusia yang sudah bosan sekali hidup.

Memang sih kalau dipikir lagi selama sebulan lebih ini adik Dean tersebut sudah dipusingkan dengan les tambahan dan ujian akhirnya, namun Rin yakin bahwa alasan Sean tampak tidak bersemangat seperti itu bukan karena otak dan tenaganya yang dipaksa bekerja rodi selama beberapa pekan.

Lagipula bukankah seharusnya Sean merasa antusias karena Sean sudah melewati semua fase tersebut dan hanya perlu menunggu pengumuman kelulusan dan wisuda, bahkan demi merayakan semua kerja keras Sean, Dean sampai rela mengajaknya liburan.

Dan rasa-rasanya juga mustahil bagi seorang Sean untuk merasa terlalu khawatir dengan hasil pengumuman kelulusan. Sean bukan tipikal pria yang mudah dipusingkan dengan hal-hal semacam itu. Entah faktor sudah pasrah dengan masa depannya, atau entahlah. Yang jelas Rin yakin seribu persen bahwa alasan Sean tampak semurung itu karena seorang pegawai part-time di kafe Dean yang sampai detik ini masih cuti bekerja.

"Sini tas nya Rin. Mau Mas taruh" kata Dean, seraya menengadahkan telapak tangannya ke hadapan Rin.

Rin pun langsung memberikan tas ranselnya pada Dean, membiarkan dirinya hanya membawa tas selempang kecil untuk barang barang berharganya saja.

"Mas" panggil Rin, setelah sebelumnya dia hanya terdiam membisu.

"Hem" gumam Dean.

"Sean kayanya nggak antusias karna Amaya nggak ikut deh Mas"

Dean menaruh tas Rin ke atas kabin, kemudian dia melirik ke arah Sean yang memang sejak awal pun sudah terlihat ogah-ogahan sekali dengan rencana liburan yang Dean buat ini.

Sebetulnya sih saat Dean merencanakan liburan ini, Dean sudah mengatakan pada Sean bahwa acara liburan ini bukan hanya terbatas pada keluarga saja. Malah lebih cocok dikatakan sebagai acara liburan kafe yang mana mengikutsertakan para karyawan kafe termasuk Desi dan Amaya. Sehingga Dean pun langsung menghubungi Desi dan Amaya kemudian mengajaknya untuk ikut liburan. Hitung-hitung bonus dari Dean kan sebagai pemilik kafe.

Awalnya sih Sean antusias, tapi setelah dia tahu kalau Amaya menolak ajakannya, sejak saat itulah Sean terlihat tidak bergairah seperti ini.

Intinya sudah jelas, Sean tidak bersemangat karena tidak ada Amaya di sini.

Ayolah, Amaya benar-benar tidak lagi menghubungi Sean dan datang ke kafe sejak terakhir kali mereka berkirim pesan. Sudah hampir sebulan lebih. Dan saat Sean merasa bahwa rencana Dean kali ini akan memberikan kesempatan untuk Sean mengobati rindunya, dia harus dihadapkan akan fakta bahwa Amaya menolak ajakan Dean.

"Iya ya Rin" balas Dean dengan santai, bahkan terlalu santai untuk seukuran seorang Kakak. Ayolah, jelas-jelas Sean sedang murung, bisa-bisanya Dean setenang itu.

"Kok Mas nggak khawatir sih, dulu perasaan Mas nggak gini pas Sean murung"

Dean melirik Rin kemudian dia melemparkan senyuman manisnya, "ya kan dulu belum tau penyebabnya Rin"

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang