Suara gemericik air kran memecahkan keheningan di rumah Sean dan Dean.
Sean yang notabenenya sejak tadi berdiri di belakang wastafel dapur sesekali tampak melirik ke arah Dean. Dean yang terduduk tepat beberapa meter dibalik punggungnya.
Dean duduk di sofa ruang utama dengan ditemani oleh secangkir espresso yang sudah dingin, ada juga sebuah buku besar dan beberapa pecahan uang yang tertata rapi di atas meja. Memang, sejak setengah jam yang lalu Dean memang sedang sibuk melakukan kegiatan rutinnya selepas kafe tutup. Ya, melakukan pembukuan keuangan kafe. Sehingga wajar jika suasana di rumah ini berubah sehening ini.
Sebenarnya suasana seperti ini sudah biasa bagi Sean mengingat dia hanya tinggal berdua bersama Dean. Ayolah, Dean itukan seorang pria dewasa dengan kepribadian tenang yang lebih mendominasi. Dia bukan anak kecil berusia lima tahun yang hobi jingkrak-jingkrak atau berteriak heboh sampai rasanya rumah berubah menjadi kapal pecah. Sesekali mereka hanya akan memecahkan keheningan di rumah ini dengan suara televisi, obrolan ringan yang kadang mengundang tawa dan gerutuan, atau suara-suara dari kegiatan yang mereka lakukan seperti suara tawa Sean ketika dia membaca komik kesukaannya. Ketika tidak ada kegiatan tersebut maka yang tersisa dari rumah ini adalah keheningan.
Sean tahu, hidup hanya bersama seorang Kakak yang usianya terpaut jauh dengannya akan membuat mereka berjarak meskipun jarak itu hanya kurang dari satu centimeter saja. Ini bukan persoalan dekat atau tidak dekat, tapi karena memang fase kehidupan mereka yang berbeda. Ibaratnya ketika Sean sedang nakal-nakalnya, maka Dean sudah melewati fase tersebut dan sedang menduduki fase di mana dia sedang berubah menjadi anak yang baik. Beginilah hukum alam bekerja. Dan Sean tidak bisa protes akan hal tersebut maupun memaksa Dean kembali pada keadaan yang baru Sean pijaki.
Wajar jika akhirnya Sean tidak pernah merasa terganggu akan keheningan yang kemudian tercipta di rumah ini karena kesenjangan usia mereka.
Hanya saja, untuk kali ini Sean cukup terganggu dengan keadaan yang sudah biasa baginya ini.
Tentu saja penyebabnya karena adanya kejadian tadi pagi.
Perkataan Dean yang menegaskan bahwa Dean tahu akan apa yang Sean dan Amaya lakukan sebelumnya ---meskipun Dean tidak secara terang-terangan mengatakan maksudnya--- sudah cukup membuat Sean mengambil kesimpulan bahwa Dean sadar Amaya dan Sean menguping pembicaraannya dengan Rin pagi tadi.
Memang sih, selepas kejadian itu Dean tidak menyinggung lagi permasalahan tersebut. Dia juga kelihatan santai dan tidak mengambil pusing soal tindakan Sean dan Amaya yang yah bisa dikatakan tidak sopan. Tapi tetap saja, fakta bahwa tindakan tidak sopannya dipergoki Dean membuat Sean terus merasa tidak enak dan canggung sendiri pada Dean.
Wajar juga jika pada akhirnya keheningan ini memaksa Sean semakin merasa terjerembab ke dalam perasaannya ini hingga membuatnya merasa terganggu.
Sean menggulirkan bola matanya ke bawah, kemudian dia mematikan kran wastafel saat melihat wadah penyiram tanaman sudah penuh terisi air. Dia pun langsung membawa benda tersebut ke arah balkon kemudian menyirami tanaman yang ada di sana. Sesekali Sean melirik ke arah Dean yang masih berfokus pada kegiatannya.
"Kalau kaya gini sih misi pertama gue sama Si Ayang bakalan gagal total" gumam Sean. Mengingat kecanggungan ini membuat Sean bahkan tidak seberani itu merealisasikan rencananya dengan Amaya untuk menginterogasi Dean dan Rin. Mau terang-terangan meminta maaf pada Dean agar kecanggungan itu hilang juga takut rasanya. Takut Dean kemudian menceramahinya dan sebagainya.
Duk!
Sean mengangkat wadah penyiram tanaman lalu menaruhnya ke atas puncak pembatas balkon. Tatapan Sean tertuju pada langit malam tanpa bintang yang menghiasinya, benar-benar hanya ada seonggok bulan sabit di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attakai Café (✓)
Fanfic(Completed) Local Fanfiction - Short Chapter Cast : Hoshi, Sunghoon, Yerin, Chaehyun Romance | Daily Life | Santai | Comedy ATTAKAI CAFÉ Halo! Salam 'hangat' dari kami. Kafe kami tersedia berbagai minuman dan juga kue-kuean. Buka setiap hari. Pu...