24. Bercanda?

47 12 2
                                    

Rin menghentikan langkahnya tepat di depan kafe milik Dean. Dia pun langsung merogoh kunci cadangan kafe dari tasnya. Kunci itu sengaja Rin pegang jikalau dia datang lebih dulu dibandingkan yang lain seperti sekarang ini. Tidak ada lagi yang memegang kunci cadangan selain Rin. Sementara kunci asli kafe sendiri dipegang oleh Dean selaku pemilik kafe.

Rin pun memegangi kenop pintu, bersiap memasukkan kunci itu ke lubang kunci. Namun niatannya urung seketika saat dia sadar bahwa pintu kafe dalam keadaan tidak terkunci. Rin pun mendorong pelan kenop pintu, lalu melongokkan kepalanya ke dalam kafe.

"Mas" panggil Rin, namun sayang yang dia dapatkan hanyalah keheningan. Padahal biasanya itu ketika kafe tidak dalam keadaan terkunci, sudah ada Dean yang membuka kuncian pintu lebih awal. Tapi kenapa kondisi kafe sesepi ini, tidak ada presensi Dean meskipun Rin sudah mencarinya sampai ke dapur.

Rin pun langsung bergerak menuju ke meja kasir untuk mengecek uang yang masih tersimpan di sana karena memang semalam Rin belum merekap pendapatan dihari itu karena fokus ribut dengan Dean. Untungnya uang masih tersimpan rapi di sana seperti terakhir kali Rin meninggalkannya, sehingga kemungkinan besar opsi kafe ini dibobol maling tidak terjadi. Bisa jadi Dean lupa mengunci pintu kafe mengingat semalam Dean sengaja menunda untuk mengunci pintu karena menunggu Sean pulang terlebih dahulu.

"Untung nggak ada yang masuk kafe" gumam Rin. Tetap bersyukur karena keteledoran Dean ini tidak sampai membuat orang asing tertarik masuk ke dalam kafe dan melakukan tindakan kejahatan seperti mencuri dan sejenisnya. Rin tidak bisa membayangkan kalau sampai kejadian buruk menimpa kafe ini. Dean pasti akan mendapatkan kerugian besar karenanya.

Rin menaruh tas kainnya ke atas meja kasir kemudian menghitung pendapatan dihari sebelumnya dengan menyisakan uang untuk kembalian. Dia pun langsung menyimpannya di dalam laci di bawah meja kasir dan akan dia berikan pada Dean nantinya.

Setelah menyelesaikan masalah perkasiran, Rin langsung mengambil sapu dan juga kemonceng dari dapur, tidak lupa dia juga memindahkan tasnya ke area dapur.

Selama hampir setengah jam Rin sibuk dengan kegiatan bersih-bersihnya sebelum kafe nantinya dibuka. Namun selama itu juga Rin terus ditemani dengan keheningan kafe dan segala kesendiriannya.

Rin menghentikan kegiatannya seketika kemudian menatap ke arah jam yang kini merujuk ke angka setengah delapan pagi.

Sudah cukup siang rasanya, tapi kemana penghuni kafe yang lain yang seharusnya membantunya menyiapkan kafe?

Kalau Desi sih semalam sudah bilang akan datang terlambat, tapi setidaknya dia sudah menyisakan beberapa stok menu breads yang kini mengisi meja etalase. Sehingga keterlambatannya tidak akan berdampak apa-apa. Masih bisa dimaklumi.

Tapi Sean dan Amaya? Kemana mereka? Bukannya sekarang tanggal merah ya sehingga seharusnya mereka bisa membantu kafe sejak pagi.

Serta yang paling aneh adalah Dean. Tidak ada tanda-tanda keberadaan pria itu di lantai bawah, padahal biasanya dia yang paling semangat membuka kafe.

Benar-benar ada yang tidak beres.

Rin pun menaruh sapu dan kemoncengnya ke atas meja kasir. Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua bangunan ini.

Tok! Tok!

Cklek!

Rin mengetuk pelan pintu rumah Dean lalu membukanya secara perlahan.

Dia lantas mengerutkan keningnya dalam-dalam ketika manik matanya langsung dihadapkan oleh presensi Dean yang tertidur di atas sofa di ruang utama, gorden bahkan masih menutupi jendela dan pintu balkon sehingga wajar jika ruang utama tampak segelap itu, satu-satunya penerangan yang ada adalah berasal dari layar televisi yang dibiarkan menyala.

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang