21. Trik Dean : 'ayo, jangan ditiru!'

65 12 9
                                    

Sean menyandarkan pinggangnya pada tepian meja barista, di balik punggungnya terdapat seorang Dean yang sibuk meracik kopi pesanan pelanggan.

Oh, jangan kira Sean sedang bersantai ria sekarang. Justru dia sedang menunggu pesanan pelanggan siap diantarkan.

Sembari mengisi kegabutannya tersebut, manik mata Sean sibuk mengamati sosok perempuan berponi yang sedang mengelap salah satu meja yang baru ditinggalkan pemiliknya. Iya, sosok yang dia akui sebagai pacarnya di depan Claudia.

Selain fakta bahwa muka tampannya berakhir mendapatkan hadiah berupa ciuman sayang dari lap kotor, sejak kemarin pun Amaya terus mendiami dirinya. Pokoknya sikapnya itu persis seperti dihari pertama Amaya mulai bekerja di kafe ini lantaran ia merasa kesal setelah dibohongi oleh Sean yang sebelumnya berpura-pura menjadi bos di kafe ini.

Sean jadi bingung, kok ada ya perempuan sejenis Amaya yang hobi sekali memusuhi pria tampan sepertinya. Padahal jarang-jarang kan ada pria tampan sepertinya yang bekerja di kafe sederhana seperti ini?

Seharusnya kesempatan tersebut digunakan oleh Amaya untuk menggoda dirinya kek, atau menarik perhatiannya kek seperti para gadis keganjenan di luaran sana, bukannya menjauhinya seperti orang yang jijik sekali padanya.

Apa karena Amaya sudah keburu men-capnya sebagai buaya darat ya?

Kalau Sean tidak salah ingat, Amaya memang alergi buaya darat. Jadi yah Sean rasa dia bisa memahami hal tersebut.

Hanya saja khusus untuk kali ini Sean merasa agak kerepotan karena keputusan Amaya untuk memusuhinya tersebut. Bukannya apa-apa, setelah Sean mendapatkan hidayah, Sean mulai rajin membantu urusan kafe yang bukan sebatas cuci piring semata. Dan jujur agak merepotkan rasanya bekerja dengan seseorang yang berlagak seperti memusuhinya seperti itu. Mau minta bantuan saja langsung diketusi, bahkan dianggap angin lalu begitu saja. Padahal kan sebelum-sebelumnya Amaya yang ada diposisinya sekarang ini. Amaya yang meminta bantuan Sean, dan Sean yang tampak kesal pada Amaya.

Ah benar juga, apakah ini hukum karma?

"Mas"

Dean melirik sekilas punggung tegap adiknya yang berada di depan mejanya. "Hem" gumamnya, sebelum dia kembali fokus pada kegiatannya.

"Ada trik biar cewek bisa maafin kita nggak Mas?"

"Cium aja"

Refleks Sean menoleh horor pada Dean yang mengatakan dua kata sederhana tersebut. Meskipun Amaya seringkali bilang kalau Sean buaya darat, tapi dia bukan pria kurang belaian yang hobi nyosor seperti itu juga.

Dan tolong jangan kira Dean akan tersenyum geli karena berhasil memberikan jawaban asal, karena nyatanya Dean bahkan masih sibuk meracik kopi dengan raut wajah seriusnya. Pertanda jelas bahwa Dean sedang tidak bercanda.

"Apa Mas apa?" Tanya Sean ulang sembari menaruh telapak tangannya di belakang telinganya, mana tahu dia salah dengar tadi. Bisa saja kan itu hanya bisikan setan playboy yang kebetulan melintas dan mendengar pertanyaan Sean tadi.

Dean melirik Sean, "cium aja" ucapnya, mengatakan jawabannya tadi dengan sama persis.

Sean memegangi dadanya sembari menunjuk Dean, "syukurlah, ada yang lebih buaya dari Sean ternyata" katanya dengan nada suara dramatisnya.

Dean menarik segurat senyuman tipisnya, "Enggak buaya Sen. Cuma pengalaman aja"

Sean mengerutkan keningnya penasaran. Habisnya perkataan Dean ambigu sekali kan. "Sama siapa Mas?"

Dean memberikan kode lewat isyarat matanya. Sean pun langsung mengikuti arah lirikan Dean tadi yang ternyata mengarah pada... Rin.

"Ha?!" Sean menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan telapak tangannya, terkejut setengah mati karena sosok yang ada dalam objek pengalaman frontal tersebut adalah Rin. Duh, Dean menang banyak dong. Sean kan juga mau. Tapi kok bisa begitu loh? Masa sih meminta maaf dengan cara menciumnya. Ya mungkin kalau pasangan dalam hal romansa, hal tersebut bisa saja terjadi. Tapi khusus untuk hubungannya dengan Amaya, bukannya dimaafkan yang ada Sean di tendang sampai ke Antartika.

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang