08. A slice of pizza

65 17 3
                                    

Amaya berjalan menuruni undakan tangga lalu menghentikan langkahnya tepat di belakang puncak kursi yang sebelumnya diduduki olehnya sebelum Amaya dimintai tolong oleh Dean untuk memanggil Sean untuk yang kedua kalinya. Yang pertama sendiri dilakukan sebelum pizza dan burger pesanan Rin datang. "Mas, Seannya tetep nggak nyahut. Mungkin dia udah tidur" ujar Amaya, agak sedikit kesal sebetulnya karena Sean dua kali mengabaikan dirinya.

Dean mengerutkan keningnya kebingungan, "Tumbenan Sean udah tidur. Dia biasanya tidur malem" ujarnya.

Amaya sendiri hanya menggelengkan kepalanya pelan, menjawab sekenanya saja karena sebetulnya dia tidak tahu alasan Sean tidur lebih cepat. Bisa jadi Sean kelelahan karena saat pulang sekolah Sean langsung mengerjakan tugas cuci piring sampai kafe tutup.

Dean pun tampak menunjuk Pizza yang masih tersedia cukup banyak di atas meja, sementara burger sendiri sudah dimakan oleh Rin dan beberapanya lagi dibawa pulang oleh Desi untuk Cia. Ya, Desi sendiri sudah pulang dengan membawa beberapa potong pizza dan burger. Tadinya juga Desi ingin makan bersama dengan yang lain, tapi karena Cia sedang rewel akhirnya Desi pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Dia sempat menolak dibawakan burger karena Rin hanya membeli 3 burger sesuai diskon yang tertera di aplikasi tersebut. Beli 2 gratis 1 burger berukuran mini. Namun karena Dean memaksa alhasil dia membawa dua burger sekaligus, untuk Cia juga katanya.

"Tolong kasihin ke Sean ya Dek. Nggak papa kamu masuk aja ke kamar. Kalau Seannya beneran tidur dibangunin aja ya. Dia belum makan dari sepulang sekolah soalnya" ujar Dean. Dia sendiri terlalu malas untuk naik ke lantai atas karena masih harus mengecek persediaan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat aneka menu kopi di kafe ini. Besok adalah hari Sabtu, hari di mana biasanya pengunjung yang datang ke kafe akan dua kali lipat lebih banyak dari hari biasanya. Makannya Dean harus memastikan kafenya memiliki stok yang cukup untuk menghadapi hari weekend.

"Eum... oke Mas" ujar Amaya, meskipun sebetulnya dia agak malas sih kembali menghampiri Sean. Tapi sungkan juga untuk menolak permintaan tolong Dean. Tidak enak saja rasanya.

Amaya pun langsung mengambil tiga potong pizza lalu menaruhnya ke dalam kardus kecil yang tadinya diperuntukkan untuk burger. Lalu segera membawa potongan-potongan pizza tersebut ke lantai atas.

Cklek!

Amaya membuka pintu utama di lantai dua. Kemudian Amaya melongokkan kepalanya ke dalam, melihat area lantai dua bangunan ini yang didesain selayaknya apartemen yang memang dijadikan tempat tinggal Sean dan Dean. Ini bukan sekali dua kali Amaya memasuki lantai dua bangunan ini mengingat dia seringkali menjadi pihak yang memaksa Sean untuk membantu kafe, tapi selalu saja Amaya dibuat terkejut karena suasana di lantai ini yang menurutnya sangat berbeda dengan lantai satu. Di lantai ini lebih didominasi oleh aroma pinus yang begitu menyegarkan, pun dihiasi warna pastel yang sangat lembut dan memberikan kesan nyaman.

Ngomong-ngomong lantai ini terdiri dari dua ruangan tertutup. Yang pertama adalah ruang utama yang hanya diisi oleh karpet, sofa, meja dan televisi. Area ini bersisian dengan dapur mini tanpa adanya sekat.

Lalu di seberang pintu utama ini juga akan langsung disambut oleh balkon dengan pagar pembatas dari beton. Tempat biasa Dean dan Sean menjemur pakaian mereka, ada juga beberapa pot tanaman milik Sean yang sengaja diletakkan di sana. Area balkon sendiri hanya dibatasi oleh pintu kaca yang lebih sering dibiarkan tidak tertutupi gorden sehingga saat malam hari seperti sekarang ini Amaya bisa langsung melihat pemandangan bintang yang bertaburan di langit.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang