34. Sandaran ternyaman

69 14 3
                                    

Amaya menghentikan langkahnya tepat di tepi jalan besar. Dia memegangi lututnya sembari mengatur nafasnya yang memburu setelah berlari seperti orang kesetanan demi mengejar Sean.

Sembari mengistirahatkan dirinya, manik mata Amaya tidak hentinya bergulir menelisik setiap area yang bisa dijangkaunya untuk mencari keberadaan Sean.

Beberapa detik setelahnya Amaya pun langsung memejamkan matanya dengan erat seraya menghembuskan nafasnya dengan keras. Bahunya juga terlihat begitu layu. Sadar betul bahwa dia telah kehilangan jejak Sean. Padahal Amaya yakin Sean berlari ke arah sini, tapi kenapa saat sampai di pertigaan jalan presensi Sean mendadak hilang begitu saja dari pandangannya.

Sekarang Amaya benar-benar tidak tahu harus mencari Sean kemana lagi. Fakta bahwa jejak Sean menghilang dipertigaan jalan berhasil menyulitkan Amaya untuk memutuskan langkah awal untuknya mencari Sean.

Apa mungkin sebaiknya Amaya menyerah saja? Tapi jika dia menyerah artinya Amaya tidak bisa menunaikan janjinya pada Dean untuk memastikan bahwa Sean akan makan. Amaya tidak mau kembali ke kafe dengan membawa kabar yang berkebalikan dengan janjinya. Dia tidak tega saja melihat respon Dean nantinya. Dia pasti akan dikukung oleh rasa khawatirnya.

Bagaimanapun juga Amaya pernah menjadi seorang Kakak. Dan dia tahu bagaimana perasaan khawatir yang dirasakan oleh seorang Kakak akan keadaan adiknya. Jadi Amaya harus menguatkan tekadnya untuk terus berusaha mencari Sean, bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun.

"Neng Amaya?"

Amaya langsung membalikkan badannya saat dia mendengar suara seseorang memanggil namanya.

Amaya pun mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali saat ia melihat Galih yang sedang menatapnya penuh kebingungan di sana. Galih sendiri berdiri di dekat mobilnya yang terparkir di tepi jalan sembari membawa box berukuran sedang berisi kertas HVS, di area kabin mobilnya pun diisi benda yang serupa seperti yang Galih bawa. Sepertinya dia sedang memindahkan barang yang baru dia beli tersebut ke dalam tokonya itu.

Amaya pun langsung melangkahkan kakinya menghampiri Galih, "iya Mas. Kenapa ya Mas panggil gue?" Tanya Amaya agak canggung, mengingat dirinya dan Galih kan memang baru saling mengenal kurang dari dua bulanan.

"Adanya juga Mas Galih yang nanya ke kamu, Neng. Kamu ngapain di pinggir jalan gitu? Mau ambil barang di sekolah apa gimana?" Tanyanya. Siapa tahu kan Amaya mau kembali ke sekolahnya untuk mengambil barangnya yang tertinggal, mengingat arah yang Amaya lihat tadi setahu Galih itu mengarah ke sekolah Amaya yang terletak di seberang jalan sana.

Amaya menggaruk sudut alisnya sembari meringis pelan, "eungg... enggak sih Mas. Ini sebenarnya gue lagi cari Sean" katanya. Amaya agak ragu sebenarnya mengatakan hal seperti ini pada Galih, takutnya Galih bertanya macam-macam seperti alasan Amaya mencari Sean dan sejenisnya, apalagi kan sebelumnya Galih tahu sendiri kalau Sean sedang bersama Amaya, pasti membingungkan karena sekarang Amaya malah mencari Sean. Sementara dilain sisi Amaya juga kan tidak mungkin menjelaskan permasalahan antara Dean dan Sean yang menurutnya sangat pribadi. Dia merasa tidak berhak tentu saja.

Alih-alih kebingungan seperti dugaan Amaya, Galih justru ber'oh ria dengan santai. "Oh Sean. Tadi sih Mas Galih liat dia lari-lari gitu"

Amaya berhenti menggaruk sudut alisnya. Raut wajahnya terlihat terkejut, sementara kedua matanya terbelalak lebar-lebar. Ucapan Galih seperti angin segar baginya yang notabenenya baru saja kehilangan jejak Sean.

"Mas tau nggak dia lari ke arah mana?" Tanya Amaya dengan menggebu-gebu. Semangatnya kembali tersulut karena kesempatan untuk menemukan Sean kembali terbuka lebar.

Tanpa banyak bicara, Galih pun langsung menunjuk ke arah gedung besar yang berada tepat di seberang jalan sana.

Amaya pun langsung mengikuti arah tunjuk Galih yang tertuju pada gedung sekolah Amaya. Alih-alih merasa senang, Amaya justru mengerutkan keningnya tidak percaya. Bahkan dia sudah ditahap ingin menuduh Galih hanya asal menjawabnya saja. Karena aneh saja rasanya jika Sean betulan berlari ke sekolah Amaya sementara di lain sisi Sean kan tidak bersekolah di sekolah tersebut?

Attakai Café (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang