Six

241 211 8
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 6
𓆝 𓆟 𓆞

"Apa ini?"

Jack melihat lekat-lekat selembar kertas yang diletakkan di mejanya. Zen mendadak berteriak heboh, dia tertawa lalu menepuk-nepuk pundak Liam.

"Akhirnya ada temanku yang mau menikah!" serunya kelihatan kelewat senang.

"Aku tidak setuju," kata Jack membuat Zen langsung berubah ekspresi. 

"Aku tidak setuju juga," timpal Luna.

"Aku juga tidak tapi akan kupikirkan," komentar Nathan.

Zen berdehem, "Ini kabar baik bukan? Hahaha tapi sepertinya aku mengerti, kamu harus pikirkan ini baik-baik lagi." 

"Liam aku akan membantumu dengan bertanya apa yang terbaik untukmu kepada pada roh kudus," peruntuk Nathan tiba-tiba.

"Nathan, aku tertarik melakukan MRI pada otakmu." Liam melihat serius kearah Nathan.

"Boleh, aku mau kalau gratis."

Liam menarik napas dalam-dalam.

"Kalau kalian mau tetap datang boleh karena kusiapkan suvenir khusus untuk kalian."

"Aku tidak setuju," ucap Jack mengulangi kalimatnya dengan penuh penekanan sampai matanya melotot ke arah Liam. 

"Lalu?" 

"Kamu hanya punya aku sekarang dan aku berhak untuk tidak setuju, hak suaraku berpengaruh."

"Tidak valid."

"Lihat, sekarang kamu menganggapku sebagai orang asing."

"Aku pernah menganggapmu sebagai apa?"

"Ooh bahkan kamu sudah tidak pakai cincinnya?"

Liam meremat jemarinya, memang ada yang menghilang dijari manisnya, "Ketinggalan."

Jack berdecak, "Dia pasti kecewa."

"Bisakah kalian berhenti bertengkar? Kepalaku sakit belakangan ini karena cangkang Chloe hilang, dia sakit dan tidak mau makan," kata Luna memutus perselisihan yang bakalan makin memanas kalau tidak dialihkan. 

"Aku sudah bilang ini untuk keseratus kalinya, siapkan makamnya sekarang, dia hanya siput," tanggap Zen yang ditanggapi pelototan sumpah serapah dari Luna. 

"Oh iya aku jadi hampir lupa, ada hal penting yang sedikit serius."

Semuanya tampak menunggu informasi itu.

"Si tikus got itu kembali, dia mengacau pameranku kemarin dan aku rugi ratusan juta karenanya."

Nathan bedehem, "Atas motif apa dia kembali?" 

"Tidak tau, dia sangat jago merakit aku yakin kemampuannya pasti berkembang, kamu kurang bisa mempengaruhinya dulu." 

"Dia bukannya bodoh lagipula semenjak kecil dia terobsesi dengan kaca pembesarnya."

"Apa detektif boleh main senjata?" tanya Zen penasaran. 

"Tidak tau, aku benci detektif tapi dia dulu suka menembakiku dengan pistol mainan, berlagak seperti detektif keren yang berhasil menangkap pencuri," kata Nathan malas. 

"Bukannya dia sedikit berbahaya? Dia tau semuanya soal kamu." 

"Tidak, tidak semuanya, dia cuman tau sebagian."

"Tapi bisnis penyeludupan senjata illegal yang kamu lakukan pasti dia tau. Kamu tidak takut suath saat dia akan bertindak?"

Nathan hanya berdehem, "Apa organisasi detejtif abal-abal yang dia buat sudah mulai besar?"

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang