Nine

205 176 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 9
𓆝 𓆟 𓆞

Setelah sekian lama akhirnya Olivia kembali merasakan rasanya tidak tidur sambil ketakutan sepanjang malam. Dia tidak mau melihat ketika orang berhelm itu kembali dan membuka pintu selnya.

Olivia hanya belum sipa mati dengan cara dimutilasi. Kecelakaan dijalan tol kelihatan jauh lebih baik. Mau mencoba bagaimanapun Olivia tidak bisa menahan lebih lama lagi agar dirinya tidak dikeluarkan.

Kakinya lemas, dia kaget saat pintu berderti terbuka. Olivia tidak mengerti tapi selagi ada kesempatan bagus dia tidak membuang kesempatan ini.

Olivia tidak tau apakah jalan yang dia ambil benar, dia hanya mengikuti lorong yang tidak kunjung berakhir. Ada sedikit harapan ketika dia melihat ada pintu di ujung sana. Dia perlu memanjat sebuah tangga sebelum mendorong pintu keluar.

Dia menginjak rumput yang basah, dia melihat sekeliling, Olivia tidak tau dia ada dimana tapi dia mencoba menjauh sebisa mungkin.

Seolah tidak ada jalan lain, dia lari masuk ke hutan. Pohon-pohon yang menjulang tinggi kelihatan sama. Tidak tau seberapa jauh lagi dia perlu berlari, Olivia merasa lelah, punggungnya menyender pada sebuah pohon sebelum tubuhnya merosot jatuh ke bawah.

Olivia merasakan pandangannya makin lama makin buram, hal terakhir yang dia dengar adalah bunyi petir yang begitu keras.

"Little Pisces."

Rasanya kelewat berat hanya untuk membuka mata.

"Little Pisces."

Namun, suara itu kembali terdengar dengan lebih lembut. Olivia mencoba membuka mata, samar-samar dia melihat Liam ada di sebelahnya.

Hanya sebentar, Olivia merasa sangat mengantuk sampai ia terlelap lagi dan ketika bangun bayangan-bayangan malam itu kembali menghantui.

Dilihatnya ke samping, dia bisa merasa sedikit tenang ketika Liam sedang tidur pulas di sebelahnya. Olivia melihat tangan kirinya diinfus. Tenggorokannya terlalu kering, dia mencoba meraih gelas berisi air di meja sebelah dan aksinya berhasil membangunkan Liam.

"Kamu udah bangun daritadi?" tanya Liam, suaranya serak seperti biasa.

"Barusan," jawabnya dengan suara yang kelewat kecil.

"Jangan pergi sendirian lagi."

"Gimana kamu bisa nemuin aku?" tanya Olivia ketika dia teringat terakhir kali kemungkinan dia jatuh pingsan disebuah pohon.

"Polisi meneleponku, saat aku datang kamu sudah ada di ruang operasi."

Olivia mencoba meluruskan apa yang terjadi dengan menceritakan apa yang dia alami.

"Itu cuman mimpi buruk."

Olivia menggeleng, "Itu benar-benar nyata."

Liam mengusap kepala Olivia sambil menatapnya serius.

"Kamu koma tujuh hari, aku mengerti, pasti sangat menakutkan," peruntuk Liam lantas menarik Olivia ke dalam dekapannya.

Malam itu Olivia tidak bisa tidur, semalaman dia menonton beruang putih yang bodoh. Usapan di kepalanya lama-lama membuatnya terlelap.

Olivia bersyukur tidak ada yang mengusiknya selama hari-hari berikutnya sampai dia kembali ke rumah sakit. Semua pasiennya normal.

Belakangan ini dia tidak bisa tidur setiap malam dan karena itu Liam selalu bercerita banyak hal dari masa lalunya. Kadang Olivia tertawa terbahak mendengar kesaksian Liam walau dia tidak tau apakah itu benar atau Liam hanya mengarang.

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang