Twenty Four

95 55 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 24
𓆝 𓆟 𓆞

Sepanjang perjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan di antara keduanya. Setelah pertengkeran singkat merebutkan siapa yang akan mengemudi dan berakhir dengan Olivia yang memenangkan suara karena dia membentak cukup keras yang membuat Liam langsung diam dan pergi ke jok penumpang.

Kini semakin diingat Olivia hanya ingin mengatakan satu kata, maaf. Namun, dia kelewat gengsi.

Olivia tidak yakin dia akan kembali ke rumah tapi, dia tidak punya tempat lain untuk dituju. Ketika sampai di depan rumah lama Olivia tidak tau harus mengatakan apa karena Liam hanya diam saja.

"Ingat. Kamu tidak bisa mengemudi kalau mabuk," kata Olivia akhirnya setelah banyak memikirkan kalimat apa yang harus katakan.

Liam tidak bergeming. Olivia menyalakan lampu agar bisa melihat wajahnya dengan jeas. Wajahnya kusut, kelihatan masih mabuk tapi jauh lebih sadar.

"Kamu nangis?"

Liam tidak menjawab, dia membuka pintu dan keluar begitu saja. Olivia memperhatikannya berjalan terhuyung. Dirinya menarik napas, ia mengingatkan dirinya sendiri agar perasaannya bisa sedikit lebih keras hari ini.

Olivia mengikuti Liam. Pria itu berhenti di depan pintu, ternyata menunggunya sebelum masuk ke dalam.

Dari saat dia masuk, tidak ada yang berubah. Begitu pula ketika dia masuk ke kamarnya, tidak ada yang berubah.

"Tunggu, aku perlu cuci muka."

Olivia duduk menunggu di bibir kasur. Ketika Liam bergabung di sebelahnya, Olivia diam tidak bergeming karena fokus melihat pada foto pernikahannya yang terpajang di depan sana. Saat itu semuanya masih baik adanya.

"Maaf, aku gagal malam itu."

"Bukan masalah, seseorang menolongku tepat waktu."

"Leo Schafier?" tanya Liam kelihatan menyembunyikan kekesalannya.

"Kalau iya kenapa?" tanya Olivia balik melihat pada Liam yang ekspresinya mulai melunak.

"Sampaikkan terima kasihku padanya." Jawabannya selanjutnya tidak Olivia duga sama sekali.

"Kalian berteman kan dulu."

"Kamu udah baca bukunya ya?"

Olivia mencoba mengerti buku apa yang Liam maskud.

"Yang kamu curi di ruangan aku," tambahnya. Olivia tidak terlalu suka dengan cara Liam menyebutnya sebegai pencuri tapi, dia tidak salah soal itu. Olivia memang mencurinya.

"Belum, bukunya jatuh ketika seseorang mencoba menculikku. "

Liam mendesis, dia membuang muka dan umpatannya masih bisa Olivia dengar.

"Kamu tau siapa yang membawaku malam itu?" tanya Olivia yang mendapat gelengan dari Liam.

"Jangan bohong."

"Aku bersumpah."

"Oke, aku percaya. Ada baiknya kamu menceritakan segalanya malam ini, aku mau dengar."

Awalnya dia kelihatan ragu tapi kemudian Liam merubah posisi duduknya menjadi lebih rileks. Dia mengubah posisinya menghadap Olivia dan kelihatan siap untuk bercerita.

"Kamu mau dengar darimana?"

"Saat kecil, pertama kali kita bertemu."

"Oke, kalau buku aku udah ketemu kamu bisa cocokin kesaksian aku sekarang sama yang aku tulis. Jadi dulu, orang tua kita berteman, kamu pasti tau soal itu."

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang