Thirty Seven

24 6 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 37
𓆝 𓆟 𓆞

Tidak ada ketentraman yang Olivia dapatkan setelah pergi dari penginapan.

Walaupun Olivia sudah pergi sejauh mungkin dari Coston, di tempat pertamanya ia merasa ada banyak orang yang mengikutinya dan ia mendapatkan serangan secara langsung ketika sedang membeli cupcake sehingga toko roti itu hancur.

Olivia mencoba bertahan tapi menyerah ketika apartement sewanya dibobol. Kini dia hidup nomanden sampai menemukan kota yang benar aman. Dirinya meringis ngilu ketika harus membalut tangannya.

Hari ini dia sedikit bersemangat untuk hidup karena waktunya kontrol. Olivia sudah membuat keputusan untuk tidak melakukan balas dendam apapun selama masih ada bayi di rahimnya. Dia hanya akan melindungi dirinya ketika ada serangan.

Hanya sebulan waktu paling lama ia menetap disatu kota. Siang ini Olivia memutuskan untuk kembali pergi setelah bertemu wanita aneh di jalanan yang mengajaknya mengobrol lalu keceplosan memanggilnya dengan nama asli.

Kini dia tengah mencari kota tujuan yang bagus seakan semuanya sudah habis. Olivia mulai berpikir kalau sepertinya ia tidak bisa lagi tinggal di sebuah tempat sendirian.

Ia butuh semacam asrama tapi dia alergi juga tinggal satu tempat dengan manusia-manusia. Akhirnya otaknya bisa memikirkan satu tempat yang mungkin bisa ia tempati.

Olivia jelas tidak bisa tinggal di gereja tapi mungkin dia bisa tinggal di biara bersama para suster.

Olivia mencoba membuat identitas palsunya dengan meminta bantuan Theodore. Beruntung pria itu mau membantunya.

Kini namanya adalah Violet dan ia akan memerankan peran sebagai wanita menyedihkan untuk menarik simpati para suster sehingga ia diizinkan untuk tinggal.

Rencananya sukses. Olivia diperbolehkan untuk tinggal setelah menangis sesenggukkan menceritakan kisahnya yang tidak semuanya ia manipulasi.

Perutnya semakin membesar, pilihan untuk tinggal bersama para suster adalah pilihan paling tepat. Bahkan dalam beberapa hari Olivia yakin ia akan melahirkan.

Hari ini ia merasa sedikit tertantang karena mereka semua akan pergi ziarah. Biasanya pasti ada satu orang tinggal tapi Olivia malah menyuruh mereka semua pergi dengan menawarkan dirinya yang akan menjaga biara.

Tiga hari bukan waktu yang lama. Namun, semuanya jadi seram ketika malam ini ia mendengar suara-suara benda jatuh dari luar.

Olivia menghembuskan napas, menurutnya ada tiga kemungkinan. Antara ulah tikus, ulah hantu atau ulah manusia yang berarti ia kedatangan penyusup.

Olivia memilih untuk tidak penasaran. Ia beranjak dari kasur untuk mengunci pintunya lalu mencoba tidur agar malam ini bisa segera berakhir. Karena bangunan ini sudah tua, beberapa pintu akan berderit ketika dibuka tapi Olivia mencoba mengabaikannya. Ia menutup telingannya dengan bantal lalu membungkus seluruh badannya dengan selimut.

Malam berikutnya menjadi malam terakhir bagi Olivia untuk tinggal sendirian. Tidak ada yang aneh sepanjang pagi ia melakukan yoga sampai sore hari dimana ia mengukus bakpao buatannya sendiri. Namun, saat hampir tertidur dengan daster kebesaran, ia mendengar pintu kamarnya hendak dibuka.

Tidak ada hewan yang bisa menarik knop pintu ke bawah. Jadi kemungkinannya adalah ulah hantu iseng atau manusia brengsek.

Olivia tidak bisa diam saja ketika pintunya semakin brutal untuk dicoba dibuka. Dirinya bangkit dari kasur lalu mencari apapun yang bisa digunakan untuk melawan. Beruntung ia menemukan sebuah linggis di ujung kamarnya.

Lemari pakaian di kamarnya terlalu bersekat dan lorong di bawah kasurnya tidak bisa dipakai untuk bersembunyi.

Olivia menarik napas, ia bersender di balik pintu. Napasnya tercekat ketika pintu terbuka dan ia melihat seseorang berpakain serba hitam yang hanya kelihatan matanya masuk sambil menodongkan pistol.

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang